Kalimatversi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar pada Bahasa Indonesia (S - P) atau (S - P - O - K) atau (S - P - K ) dan lain sebagainya. Kalimat jenis ini akan menggunakan predikat dengan awalan 'me- dan ber-' serta predikat yang berupa kata kerja yang tidak dapat diberikan awalan 'me-', seperti
ArticlePDF Available AbstractThe marker of substitutional cohension can be found in three types nominal,verbal, and clausal substitutional cohesion. The nominal substitutional cohension hastwo subtypes personal and non-personal of nominal substitutional cohension. Meanwhile,the marker of ellipsis cohension differentiated into three types nominal, verbal,and chaulsal ellipsis cohesion. The conjunctive cohension is differentiated into five typemarke additive, adversative, temporal, continuative, and causal. The lexical cohensionis differentiated into four types reiterative, synonimy, hyponimy, and colocative in the coherence of comic discourse shows the existence of two systems of theforming coherence, namely coherence based on the cohesion systems, and the coherencebased on the situational aspects. The coherence based on the cohension system canbe differentiated into four types equal, pposite, successive, situational aspects has twotypes, namely continuity step of situational coherence, and the explanation situasionalcoherence. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. KOHESI DAN KOHERENSI DALAM WACANAKOMIK BAHASA INDONESIAI Gusti Ngurah Mayun SusandhikaJurusan Ilmu Administrasi NegaraFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas MahendradattaJl. Ken Arok No. 12, Peguyangan Denasar E-mail ngurah_yun - The marker of substitutional cohension can be found in three types nominal, verbal, and clausal substitutional cohesion. The nominal substitutional cohension has two subtypes personal and non-personal of nominal substitutional cohension. Mean-while, the marker of ellipsis cohension differentiated into three types nominal, verbal, and chaulsal ellipsis cohesion. The conjunctive cohension is differentiated into ve type marke additive, adversative, temporal, continuative, and causal. The lexical cohension is differentiated into four types reiterative, synonimy, hyponimy, and colocative lexical in the coherence of comic discourse shows the existence of two systems of the forming coherence, namely coherence based on the cohesion systems, and the coher-ence based on the situational aspects. The coherence based on the cohension system can be differentiated into four types equal, pposite, successive, situational aspects has two types, namely continuity step of situational coherence, and the explanation situasional cohesion, coherence, comic Komik merupakan cerita bergam-bar yang disertai teks. Wacana komik ter-bentuk oleh perpaduan antara teks den-gan gambar-gambar komik. Teks dalam wacana komik terdiri dari dialog-dialog maupun poliglot antar tokoh cerita dan deskripsi konteks pertuturan, sedangkan gambar-gambarnya merupakan peluki-san situasional cerita. Sebagai bentuk pemakaian bahasa tulis, wacana komik dapat dikatakan hemat dalam penggunaan kata-kata, karena adanya dukungan gam-bar-gambar komik sebagai konteks situ-asionalnya. Bahkan sering terdapat teks dalam wacana komik yang tidak selesai tetap dapat dipahami maksudnya setelah dihubungkan dengan gambar-gambar yang menyertainya. Adanya fenomena yang de-mikian itu menjadikan wacana komik san-gat tepat dikaji dalam analisis wacana. Widdowson dalam Explorations is Applied Linguistics 1985 116 menga-takan bahwa “discourse consists of ut-terance with which sentences can be put into correspondence, and these combine in complex ways to relate to extralinguis-tic reality to achieve a communicative ef-fect”. Artinya, bahwa wacana discourse terdiri dari tuturan-tuturan yang berupa kalimat-kalimat yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan faktor-faktor luar bahasa, atau kenyataan-kenyataan luar ke-bahasaan, sehingga kalimat-kalimat yang ada dalam wacana itu membentuk satu kesatuan yang bersifat komunikatif. Hal yang demikian itu terkandung dalam wa-cana komik. Pemahaman terhadap wacana komik tidak dapat dilakukan hanya dengan memahami hubugan kalimat-kalimatnya, tetapi juga harus mempertimbangkan gam-bar-gambar yang mendukungnya, sebagai konteks situasinya a context of situation. Dalam hal ini konteks situasi diartikan se-bagai yaitu lingkungan langsung tempat teks berfungsi Lyons, 1983 217; Halli-I Gusti Ngurah Mayun Susandhika 54JURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No. 01, Feb - Jul 2018 ISSN ISSN day dan Hasan, 1992 62. Di samping itu, Lyons 1983 25 mengatakan bahwa “....utterance, like text, is to be interpreted as coverin stretches of either writer or spoken language or both, according to context”, bahwa suatu tuturan, seperti halnya teks, haruslah ditafsirkan untuk membuka suatu makna dalam pemakaian bahasa tulis dan bahasa lisan, atau keduanya, dengan mem-pertimbangkan konteksnya. Dalam menaf-sirkan maksud suatu wacana, kalimat-kali-mat tidak dianalisis secara isolatif, terlepas dari kalimat lain dan konteknya, melainkan harus dipandang sebagai suatu rangkaian yang saling berkaitan. Kalimat, sebagai satuan terkecil dalam wacana, mendukung satuan makna, maka hubungan antar kali-mat dalam wacana tersebut menggambar-kan hubungan antar makna. Hal ini berarti analisis wacana ditujukan untuk membuka suatu keberuntunan pola pikir, atau hubun-gan antar makna yang terkandung dalam wacana itu. Adanya keterkaitan pola pikir dan kelogisan hubungan antar makna da-lam wacana disebut koherensi. Hubungan dan keserasian bentuk pada kalimat-kali-mat yang terdapat dalam wacana disebut kohesi dalam Ramlan, 1993 10. Koherensi merupakan kepaduan in-formasi atau kepaduan di bidang makna dalam suatu teks. Suatu teks pada umum-nya terbentuk dari beberapa kalimat, dan kalimat-kalimat itu mempunyai kesinam-bungan pengertian continuity of senses. Kesinambungan pengertian itulah yang mendasari terbentuknya koherensi suatu teks. Sehubungan dengan hal ini, Beau-grande 1981 84 mengatakan bahwa “....continuity of senses as the foundation of coherence, being the mutual acces and rel-evance within a conguration of concepts and relations”, atau pengertian-pengertian yang berkesinambungan itu, sebagai dasar terbentuknya koherensi, sama-sama saling membutuhkan dan saling berkesesuaian dalam suatu kongurasi konsep dan dan koherensi dalam wacana mer-upakan aspek yang sangat penting da-lam memahami maksud wacana. Dengan adanya kedua aspek tersebut, suatu wa-cana menampakkan adanya kesinambun-gan pengertian di antara elemen-elemen pembentuk wacana tersebut. Selanjutnya, pemahaman terhadap koherensi suatu wa-cana merupakan hal yang sangat penting dan mendasar di dalam analisis wacana, sebagaimana yang dijelaskan oleh Labov dalam Giglioli, 1972 299 bahwa “The foundamental problem of discourse anal-ysis is to show how one utterance fol-lows another in a rational, rulegoverned manner in other words, how we under-stand coherent discourse”, yaitu bahwa permasalahan pokok dalam analisis wa-cana adalah bagaimana mengungkapkan hubungan-hubungan yang rasional dan kaidah-kaidah mengenai cara tersusunnya tuturan-tuturan yang beruntun. Di dalam wacana komik, antara teks dan gambar-gambarnya saling bergantun-gan dan saling mendukung dalam mem-bentuk satu kesatuan pengertian. Dengan kata lain, pemahaman terhadap wacana ko-mik perlu mempertimbangkan hubungan antara teks dan gambar-gambarnya. Hal ini berarti wacana komik menunjukkan adan-ya sistem penandaan kohesi dan koherensi tertentu. Sehubungan dengan hal itu, pene-litian ini ditujukan untuk mendeskripsikan sistem penandaan kohesi dan terbentuknya koherensi yang terdapat di dalam wacana komik. Penelitian ini menggunakan da-ta-data yang berupa wacana komik, dilan-dasi pengertian bahwa fenomena kebaha-saan yang terdapat dalam wacana komik, dapat dikatakan tidak pernah tersentuh dalam penelitian bahasa. Bertolak dari hal tersebut dapat dirumuskan beberapa per-masalahan sebagai berikut1 Bagaimana tipe-tipe penanda kohesi dalam wacana komik?2 Bagaimana terbentuknya koherensi wacana komik?3 Bagaimana tipe-tipe koherensi wa-cana komik itu berdasarkan cara ter-bentuknya?4 Aspek-aspek apa yang ikut berperan dalam terbentuknya koherensi di da-lam wacana komik? Beberapa waktu lalu, analisis ba-hasa dilakukan oleh ahli bahasa terhadap kalimat-kalimat, yang dianggap sebagai suatu lingual maksimal. Kalimat dianalisis sebagai satuan lingual yang mandiri dan terlepas dari konteksnya. Kalimat, sebagai suatu hasil pertuturan, tidak ditinjau dalam kerangka konteks tertentu, melainkan ha-nya didasarkan pada makna satuan-satuan lingual yang menjadi unsur-unsur pemben-tuk kalimat. Dengan dikembangkannya studi wa-cana, diperoleh bukti bahwa maksud kali-55I Gusti Ngurah Mayun SusandhikaJURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No. 01, Feb - Jul 2018 ISSN ISSN mat yang dituturkan seseorang tidak selalu sesuai dengan makna satuan-satuan lin-gual dalam membentuk kalimat. Maksud suatu kalimat sering kali dapat dipahami dengan benar apabila dipertautkan dengan konteks dituturkannya kalimat tersebut. Dalam pengertian ini, dimungkinkan ka-limat yang sama apabila dituturkan dalam konteks berbeda akan mengungkapkan maksud yang berbeda. Dalam analisis wacana, kajian kalimat tidak terlepas dari konteksnya, melainkan dipertautkan dengan kalimat-kalimat lain dalam suatu pertuturan, dan faktor-faktor bersifat nonlingual, terlibat dalam pros-es pertuturan tersebut untuk mengungkap maksud yang terkandung dalam kalimat. Melalui analisis wacana, hakikat fungsi komunikatif bahasa dapat diungkap secara memadai. Dengan demikian, analisis wa-cana lebih bersifat semantis dan dipandangnya wacana sebagai ob-jek kajian linguistik yang lebih memadai untuk mengungkap fungsi hakiki bahasa, maka berkembangnya teori-tori analisis bahasa dalam memasukkan konteks se-bagai dasar analisis. Beberapa teori itu antara lain teori Firtian, teori Tagmemik, teori Linguistik Teks, teori Firthian Teori Firthian dilandasi oleh konsep Firth, seorang linguis London, yang beranggapan bahwa objek yang dikaji di dalam linguistik adalah pemakaian baha-sa secara aktual, karena dalam di dalam pemakaian bahasa, tuturan semakin da-lam hubungan antar anggota masyarakat. Di dalam pemakaian bahasa itu terdapat keterhubungan antara linguistik dan non-linguistik. Menurutnya, dalam analisis ba-hasa, makna harus ditentukan berdasarkan konteksnya. Suatu kalimat tidak akan jelas maksudnya jika dianalisis di luar teks dan konteksnya Davis, 1973; Sampson, 1980.Teori Firthian memandang bahwa sistem dan struktur bahasa dikaji dalam berbagai tataran analisis dalam konteks situasinya untuk mengungkap makna. Analisis ba-hasa dengan mempertimbangkan konteks situasi menuntut kerja analisis dapat mem-perhatikan hubungan-hubungan dalam teks itu sendiri, dan hubungan dengan kon-teks situasinya. Hubungan-hubungan dalam teks itu meliputi a hubungan sintagmatik an-tara unsur struktur yang dipertimbangkan dalam berbagai tataran analisis, dan b hubungan paradigmatik istilah atau satuan yang mengubah sistem untuk memberikan nilai pada unsur struktur. Adapun hubun-gan dalam konteks situasi itu meliputi a hubungan teks dengan unsur nonverbal, b hubungan analitis antara serpihan teks dan unsur khusus dalam situasi Samsuri, 1988.Teori Tagmemik Pike 1992, dengan teori Tagme-miknya mengatakan bahwa bahasa harus dipandang sebagai tingkah laku berpola dalam konteks yang berpola. Bahasa harus dipandang dalam konteks yang lebih luas. Tingkah laku verbal tidak dapat dikaji den-gan memadai tanpa mempertimbangkan tingkah laku nonverbal. Pemerian bahasa harus mempertimbangkan bahwa manusia sebagai pemakai bahasa mempengaruhi hakikat satuan-satuan bahasa yang dipaka-inya dalam komunikasi. Oleh karena itu, reaksinya terhadap bahasa menjadi bagian data yang harus dipelajari dalam studi ba-hasa, karena kegunaan yang dilukiskan mengenai reaksinya itu merupakan bagian struktur bahasa. Dengan demikian, pemeri-an bahasa tidak hanya terbatas pada tataran fonem sebagai tataran terendah dan tataran kalimat sebagai tataran tertinggi, tetapi juga mencakup konteks tingkah laku yang lebih luas Samsuri, 1988. Hal ini mengis-yaratkan bahwa dalam mengkaji bahasa perlu mempertimbangkan hal-hal yang di luar satuan-satuan lingual, di samping mempertimbangkan hubungan-hubungan antar satuan lingual tersebut. Menurut Teori Tagmemik, sebuah satuan dapat dipahami dengan baik hanya jika seseorang mengetahui terdapat satuan yang ditemukan. Demikian pada wacana, seluruh wacana tidak hanya ditentukan oleh kata-kata saja, tetapi lebih ditentu-kan oleh hubungan kata dengan budaya yang lebih luas, yaitu tempat kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu dalam pemerian wacana, peneliti dapat meng-hubungkan kata-kata itu, yang dalam hal ini merupakan teks, dengan konteks situasi tempat teks tersebut berfungsi, sehingga interprestasi terhadap informasinya dapat dilakukan dengan ketepatan. Pemerian de-mikian itu perlu dilakukan, karena fungsi tekstual bukan saja berhubungan dengan 56I Gusti Ngurah Mayun SusandhikaJURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No. 01, Feb - Jul 2018 ISSN ISSN kohesi gramatikal, tetapi juga dengan ko-herensi retorikal Parera, 1990. Teori Tagmemik mengungkapkan bahwa konteks situasi relevan dengan gabungan bentuk makna, dengan peruba-han-perubahan, dan seluruh wacana yang ada Pike, 1992. Seluruh wacana tidak di-tentukan dengan kata-kata itu sendiri yang terdapat dalam wacana, melainkan terdapat hubungan kata-kata dengan budaya yang lebih luas, tempat kata-kata tersebut di-gunakan. Oleh karena itu, seluruh wacana linguistik ahli bahasa menghubungkan bahasa dengan masyarakat yang meng-gunakannya. Wacana itu sendiri, menurut teori Tagmemik dapat dikatakan sebagai suatu bentuk Tagmem, yaitu satuan da-lam konteks. Dalam analisis tagmen itu diperlukan adanya keutuhan antara fungsi, bentuk, peran, dan kohesi. Itulah sebab-nya, dalam analisis bahasa, hal ini dapat dikhususkan masalah wacana, teori Tag-memik sangat mempertimbangkan pentin-gnya konteks situasinya, yaitu menjangkau makna diungkapkan penutur dengan Linguistik Teks Beugrande dalam Introduction to Text Linguistic 1981 menjelaskan bahwa teks merupakan suatu peristiwa komuni-kasi communication accurrence. Aspek koherensi sebagai salah satu standar kual-itas suatu wacana atau standard textualy suatu wacana, di samping aspek kohesi, intensionalitas dalam akseptabilitas, infor-matif, situasionalitas, dan intertekstualitas. Menurutnya, koherensi dalam suatu wa-cana tercipta karena adanya kesinambun-gan pengertian. Teori Linguistik Teks berpandangan bahwa suatu ekspresi bahasa a language expression merupakan bentuk mengh-adirkan dan penyampaian pengetahuan. Pengertian ekspresi bahasa pada hakikat-nya merupakan pengetahuan-pengetahuan yang disampaikan melalui bahasa dalam bentuk teks. Dengan demikian, tidak be-rarti bahwa pengetahuan identik dengan ekspresi bahasa, karena pengertian yang berkandung dalam suatu ekspresi bahasa pada dasarnya merupakan kongurasi an-tara konsep-konsep dan hubugan-hubun-gan dengan pengetahuan tentang dunia. Koherensi suatu wacana didasarkan atas adanya kesinambungan pengertian di da-lam wacana tersebut, maka dalam men-gidentikasi koherensi wacana juga harus mengetahui hal-hal yang membentuk kes-inambungan pengertian dalam suatu wa-cana. Menurut Beaugrande hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menemu-kan kesinambungan pengertian itu adalah konsep-konsep yang teraktifkan activated concepts dalam ekspresi bahasa. Konsep-konsep itu pada dasarnya merupakan kongurasi antara pengeta-huan-pengetahuan tentang dunia yang dapat dimunculkan kembali atau dapat diaktifkan. Konsep-konsep itu dapat dike-lompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu konsep primer primary concept dan kon-sep sekunder secondary concept. Konsep primer meliputi a Objek Object, yaitu entitas-entitas konseptual dengan identi-tas dan konstitusi yang stabil. b Situasi Situations, yaitu kongurasi antara ob-jek-objek yang saling menghadirkan da-lam keadaan tertentu. c Peristiwa event, yaitu kejadian-kejadian yang dapat men-gubah situasi atau keadaan dalam suatu situasi. d Tindakan actions, yaitu peris-tiwa-peristiwa yang dialami oleh para pelaku. Adapun konsep sekunder meliputi keadaan, pelaku, entitas yang berpengaruh, relasi, atribut, lokasi, waktu, gerakan, alat, bentuk, bagian, substansi, isi, sebab, kemungkinan, alasan, tujuan, apersepsi, kognisi, emosi, kemauan, pengakuan, ko-munikasi, pemilikan, kejadian, kuantitas, keperluan, signikansi, nilai, ekuivalensi, pertentangan, koreferensi, dan rekurensi. Tipe-tipe konsep tersebut digunakan untuk mengklasikasikan hubungan-hubungan kebahasaan berdasarkan pengorganisasian peristiwa-peristiwa dan Sistemik Teori Sistemik merupakan teori lin-guistik yang dikembangkan oleh Halliday Sampson, 1980. Teori ini pada dasarn-ya merupakan pengembangan dari kon-sep-konsep linguistik yang dikemukakan oleh Firth. Menurut Halliday, yang me-nekankan kajian bahasanya berdasarkan konteks sosial, jalan menurut pemahaman terhadap bahasa terletak dalam kajian teks Halliday dan Hasan, 1992. Dapat dika-takan bahwa kajian semacam itu akan atau ditemukan adanya teks, dan ada teks lain yang menyertainya. Teks yang menyertai teks itu merupakan konteks. Di dalam teks 57I Gusti Ngurah Mayun SusandhikaJURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No. 01, Feb - Jul 2018 ISSN ISSN itu ada sesuatu yang mengikat kalimat-ka-limat itu menjadi sebuah teks, menyebab-kan pendengar atau pembaca mengetahui bahwa dengan berhadapan dengan teks atau wacana, bukan suatu kumpulan kali-mat tanpa ikatan. Tali pengikat itu dinamakan tekstur Hasan Lubis, 1993. Adapun konteks da-lam pengertian ini tidak hanya menyang-kut apa yang dilisankan atau dituliskan, melainkan termasuk juga kejadian-kejadi-an yang nonverbal, yaitu menyangkut kes-eluruhan lingkungan teks itu. Dalam kaitannya dengan masalah ko-herensi wacana, Halliday dan Hasan 1993 menjelaskan bahwa sumbangan yang pent-ing bagi koherensi suatu teks berasal dari kohesi, bandingkan juga Beaugrande, 1981 71. Dikatakannya bahwa kohesi merupakan perangkat sumber-sumber ke-bahasan yang dimiliki oleh setiap bahasa sebagai bagian dari metafungsi tekstual untuk mengaitkan satu bagian teks dengan bagian lainnya. Dalam bukunya Cohesion in English, Halliday dan Hasan menjelas-kan adanya lima macam tipe kohesi dalam bahasa Inggris, yaitu1 Reference, yaitu pengacuan terhadap unsur-unsur yang mendahuluinya atau yang mengikutinya yang mempunyai hubungan makna. Pengacuan terhadap unsur-unsur yang mendahului, atau un-sur-unsur yang telah disebutkan sebel-umnya dalam teks disebut pengacuan anaforis, sedangkan pengacuan terha-dap unsur-unsur yang mengikuti atau pengacuan terhadap unsur-unsur yang akan disebutkan kemudian dinamakan pengacuan kataforis. Mereka member-ikan contoh teks yang mengandung penanda kohesi referensial sebagai berikuta Doctor foster went to Gloucester in a shower of rain. He stepped in a puddle right up to his middle and never went there again. Dalam teks tersebut unsur there pada kalimat kedua mengacu secara anaforis pada unsur Gloucester pada kalimat Substitution, yaitu penggantian kata, kelompok kata atau unsur kalimat den-gan kata yang lain. Contohnyab My axe is too blunt. I must get a sharper one. Unsur one dalam kalimat kedua da-lam teks tersebut menggantikan unsur axe pada kalimat Ellipsis, yaitu kohesi yang berupa peng-hilangan suatu kata atau bagian dari ka-limat dalam suatu teks. Penghilangan ini dilakukan terhadap kata atau bagian kalimat yang sama digunakan pada kali-mat lain dalam teks, untuk menghindari penyebutan yang berulang, sehingga makna dari unsur yang dihilangkan itu masih dapat dimengerti. Kohesi elipsis ini dapat juga disebut sebagai substitu-tion by zero. Sebagai contoh, misalnyac “And how many hours a day did you do lessons?” said Alice, in a hur-ry to change the subject. “Ten hours the rst day,” said the Mock Turtle, “nine the next, and so on.” Unsur nine pada tuturan kedua dalam teks tersebut yang dimaksudkan adalah nine hours yang mengalami pelepasan un-sur. Demikian juga, unsur the next pada tu-turan kedua itu yang dimaksudkan adalah the next day yang mengalami pelepasan Conjuction, yaitu kohesi yang beru-pa bentuk-bentuk penanda hubungan yang menandai adanya keterkaitan an-tara kalimat yang satu dengan kalimat lain dalam teks. Penanda hubungan yang sering muncul dalam bahasa In-ggris adalah hubungan penambahan, hubungan sebab, dan hubungan waktu. Hubungan ini dapat bersifat hipotaksis, yaitu hubungan antara klausa utama dengan klausa bawahan, dapat dikait-kan hubungan yang bersifat parataksis, yaitu hubungan antara dua klausa yang setara. Misalnyad She was never really happy here. So she’s leaving. Unsur so pada kalimat kedua dalam teks tersebut merupakan penanda kohe-si konjungsi yang menunjukkan adanya hubungan sebab antara kalimat kedua itu dengan kalimat Lexical Cohesion, yaitu kohesi yang didasarkan atas adanya pemakaian ka-ta-kata yang mempunyai relasi seman-tik. Tipe kohesi leksikal dalam bahasa Inggris antara lain yaitu pengulangan reiteration dan kolokasi collocation. Jadi, kohesi leksikal ini tidak didasar-kan atas adanya hubungan gramatikal 58I Gusti Ngurah Mayun SusandhikaJURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No. 01, Feb - Jul 2018 ISSN ISSN bentuk-bentuk yang digunakan dalam teks. Misalnyae Henry’s bought himsift a new Jag-uar. He practically lives in the car. Unsur the car pada kalimat kedua teks tersebut merupakan pengacuan leksi-kal yang mengulang unsur Jaguar pada ka-limat Penelitian Sesuai dengan tahapan-tahapan dan prosedur penelitian yang ditempuh dalam penulisan artikel ini, maka metodologi pe-nelitian ini yang dijabarkan dalam tulisan ini berdasarkan tahapan strateginya meli-puti metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, dan metode pemaparan hasil analisis data, atau metode penyajian hasil penguraian data Sudaryanto, 1992 57.Data yang dianalisis dalam penelitian ini be-rupa penggalan-penggalan teks yang diambil dari komik-komik berbahasa Indonesia, yang diterbitkan dalam bentuk buku. Oleh karena itu, pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan penyimakan metode simak terhadap komik-komik terse-but. Adapun buku-buku komik yang menjadi sumber data dalam penelitian ini1 Is Yuniarto, Garudayana. Aksi2 Rimanti Nurdarina, Pace The Guility. MNC3 Ockto Baringbing dan Hendry Zero. Bima Satria Garuda. Alfamart4 Vanslyner. Delinquent. Makko5 Go King Matto. 5 Menit Sebelum Tayang. Makko6 Pandji Pragiwaksono. H2O. Kolam Ko-mik7 Marcellino Lefrandt dan Aswin MC Siregar. Volt. Skylar Comic8 Is Yunarto. Knight of Apocalypse. Aksi Comic9 Ockto Baringbing dan Ino Septian. Ga-lauman. Comic10 Vega Mandalika. Nusantara Droid War. Comictoon11 Nurfadli Mursyid. Tahilalats. Comic-toon12 Mas Oki dan Terlalu Tampan. Comictoon. Bersumber dari buku-buku komik itu dilakukan pencatatan terhadap bagian-bagian teks dengan mempertimbangkan spesikasi sistem penandaan kohesi dan terbentuknya koherensi dalam teks tersebut. Klasikasi data dilakukan dengan memilah data pada tipe-tipe penanda kohesi dan terbentuknya koherensi. Setelah data terkumpul diklasikasikan kemudian dianalisis menggunakan metode padan, terutama menggunakan teknik refe-rensial, dan metode agih terutama menggu-nakan teknik substitusi, teknik perluas, dan teknik paraphrase. Di samping itu digunakan juga metode reeksif-introspektif mengenai teknik-teknik analisis ini lihat Sudaryanto, 1993. Teknik substitusi digunakan untuk menganalisis teks-teks koherensinya ber-sumber dari hubungan kohesif, yaitu dengan menggantikan penanda kohesif dalam teks itu dapat ditunjukkan. Adapun teknik refe-rensial digunakan untuk menganalisis teks yang koherensinya bersumber dari hubungan teks dengan konteks situasinya, sehingga ke-terhubungan unsur-unsur teks itu dapat di-tunjukkan. Selanjutnya, untuk membuktikan koherensi teks-teks tersebut digunakan teknik paraphrase dan metode reeksif-introspektif, yaitu dengan menyusun kembali teks-teks itu dengan memasukkan unsur-unsur kontek-stualnya, sehingga kepaduan makna teks itu dapat dipahami dengan jelas. Setelah tahap analisis dilaksanakan, hasil analisis data itu dipaparkan menggunakan metode penyaji-an secara informal, yaitu penyajian dengan menggunakan kata-kata, atau berupa Penelitian Secara kontekstual, wacana komik memiliki dua jenis konteks, yaitu konteks linguistik dan konteks nonlinguistik. Konteks linguistik merupakan konteks yang berupa bagian-bagian teks itu sendiri, karena ba-gian-bagian teks itu membentuk suatu kesatu-an teks, dalam arti bagian teks yang satu men-jadi konteks bagian teks yang lain. Konteks nonlinguistik merupakan konteks yang tidak berupa teks. Dalam wacana komik, konteks nonlinguistik berupa gambar-gambar komik. Berdasarkan dua jenis konteks itulah dalam penelitian ini ditentukan tipe-tipe kohesi yang terdapat dalam wacana komik. Sistem penandaan kohesi yang terdapat dalam wacana komik ada lima macam, yai-tu kohesi referensial, kohesi substitusional, kohesi elipsis, kohesi konjungtif, dan kohesi leksikal. Penanda kohesi referensial bersifat leksiko-semantis. Penanda kohesi ini dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu penanda kohesi referensial pronominal dan penan-da kohesi referensial Gusti Ngurah Mayun SusandhikaJURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No. 01, Feb - Jul 2018 ISSN ISSN Penanda kohesi referensial pronominal terdiri dari enam subtipe, yaitu 1 Penanda kohesi referensial pronominal yang bersifat endoforis, berupa ia, dia, dan mereka yang mengacu nama-nama orang yang disebutkan dalam teks. 2 Penanda kohesi referensial pronominal yang bersifat eksoforis, berupa kita, mereka, kalian, kau, dan aku yang di-gunakan untuk mengacu pelibat pertuturan yang namanya tidak disebutkan dalam teks. 3 Penanda kohesi referensial pronomi-nal diektik, berupa aku dan kamu. Penanda kohesi ini terdapat wacana dialog dan poli-glot. Dalam dialog maupun poliglot tentu terjadi pertukaran, dan dalam pertukaran itu pronominal aku dan kamu digunakan untuk mengacu pelibat pertuturan secara bergan-ti-ganti. 4 Penanda kohesi referensial pro-nominal nondiektik, berupa dia dan mereka. 5 Penanda kohesi referensial pronominal posesif. Penanda kohesi ini berupa pronomi-nal yang menyatakan hubungan kepemilikan, sehingga ada yang berbentuk klitik ku, mu, dan nya, dan ada pula yang berbentuk nonkli-tik kita, kalian, dan kamu. 6 Penanda kohesi referensial pronominal nonposesif, yang mer-upakan penggunaan pronominal yang tidak menunjukkan hubungan kepemilikan. Pen-anda kohesi ini secara gramatikal berfung-si sebagai subjek atau objek dalam kalimat. Bentuk penanda kohesi ini ada yang berben-tuk klitik ku dan mu, ada pula yang berben-tuk nonklitik aku, kamu, kau, kita, kami, dan kohesi referensial demonstratif dibedakan menjadi tiga subtipe yaitu penan-da kohesi demonstratif nominal, berupa ini, itu, dan tersebut; penanda kohesi referensial demonstratif temporal, berupa tadi; dan pen-anda kohesi referensial demonstratif lokatif, berupa sini, situ, dan sana. Penanda kohesi referensial komparatif dibedakan menjadi tiga subtipe, yaitu pen-anda kohesi referensial komparatif simila-tif, berupa seperti, bagaikan, seolah-olah, dan seakan-akan; penanda kohesi referensial elatif lebih dan paling; serta penanda kohesi referensial komparatif identik, berupa persis, sama dengan, dan aks se- yang diikuti kata berkategori ajektif. Penanda kohesi subtitusi bersifat leksiko-gramatikal. Penanda kohesi ini dalam wacana komik ditemukan tiga tipe penanda, yaitu penanda kohesi substitusi nominal, penanda kohesi substitusi verbal, dan pen-anda kohesi klausal. Penanda kohesi substi-tusi nominal dibedakan menjadi dua subtipe, yaitu penanda kohesi substitusi nominal per-sonal, berupa beliau, kau, ia, dia, dirimu, dan mereka; dan penanda kohesi substitusi nom-inal nonpersonal, berupa ini, itu, begini, dan apa. Penanda kohesi subtitusi verbal berupa itu, begitu, dan demikian. Penanda kohesi substitusi klausal be-rupa begitu, begini, itu, dan hal demikian. Penanda kohesi elipsis dibedakan menjadi tipe-tipe, yaitu penanda kohesi elipsis nomi-nal, penanda kohesi elipsis verbal, dan pen-anda kohesi elipsis klausal. Penanda kohesi Konjungtif dibedakan menjadi lima tipe yaitu penanda kohesi konjungtif aditif, pen-anda kohesi konjungtif adversatif, penanda kohesi konjungtif temporal, penanda kohesi konjungtif kontinuatif, dan penanda kohesi konjungtif kausal. Penanda kohesi leksikal dibedakan menjadi empat tipe yaitu penan-da kohesi leksikal reiteratif, penanda kohesi leksikal sinonimi, penanda kohesi leksikal hiponimi, dan penanda kohesi leksikal kolo-katif. Adapun dalam hal koherensi, wacana komik menunjukkan adanya dua sistem pem-bentukan koherensi, yaitu koherensi yang bersumber dari hubungan kohesi, dan kohe-rensi yang bersumber dari aspek situasional. Koherensi yang bersumber dari hubungan kohesi dibedakan menjadi empat tipe yaitu koherensi kesamaan yang terdiri dari enam subtipe, koherensi keberlawanan, koherensi perturutan yang terdiri dari tiga subtipe, dan koherensi penjelasan yang dibedakan menja-di empat subtipe. Koherensi yang bersumber dari aspek situasional dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu koherensi situasional kesinambungan tindakan, dan koherensi situasional penjela-san, yang mempunyai tiga subtipe, yaitu koherensi situasional penjelasan keadaan, koherensi situasional penjelasan hasil, dan koherensi situasional penjelasan peristiwa. Dalam penelitian ini peneliti member-anikan diri memberi nama untuk tipe-tipe koherensi yang ditemukan karena pada ka-jian-kajian wacana yang dilakukan ahli ba-hasa terdahulu tidak membicarakan masalah tipologi koherensi. Dalam penelitian tentang wacana, istilah-istilah baru dalam hubungan dengan tipologi masalah kohesi. Istilah-istilah yang digunakan un-tuk penamaan tipe koherensi ini ditentukan berdasarkan hubungan makna yang secara dominan terbentuk dalam wacana tersebut. 60I Gusti Ngurah Mayun SusandhikaJURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No. 01, Feb - Jul 2018 ISSN ISSN Hubungan makna antara unsur pembentukan wacana itu berasal dari keterkaitan kalimat satu dengan kalimat yang lain, dapat juga be-rasal dari keterkaitan antara kalimat-kalimat dalam wacana itu dengan aspek situasional-nya yang berupa gambar-gambar yang men-dukung apa yang diungkapkan dalam kali-mat-kalimat pembentukan wacana PUSTAKAAtar Semi, 1990. Menulis Efektif. Bandung Robert-Alain de. 1981. Inroduc-tion to Text Linguistics. London Santoso, Gunawan. 1987. “Ciri-Ciri Bahasa Komik sebagai Sebuah Rag-am”. Magelang; Makalah David. 1991. A Dictionary of Lin-guistics and Phonetics. Oxford Basil Blackwell, et al. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Sunjono. 1985. “Benang Pengikat dalam Wacana”, dalam Kas-wanti Purwo, 1990. Pusparagam Lin-guistik dan Pengajaran Bahasa. Jakar-ta Arcan, h. 93 - Philip W. 1973. Modern Theories of Linguistics. London Fatimah. 1994. Wacana Pe-mahaman dan Hubungan Antar Un-sur. Bandung Pier Paulo ed. Language and So-cial Context. London Pengius 1975. “Logic and Conversation”, dalam Cole P. dan Morgon J. ed Syn-tax and Semantics, Vol. 3. New York Academy dan Ruqaiya Hasan. 1979. Cohesion in English. London 1992. Bahasa Konteks dan Teks terjemahan Asruddin Barori Tou. Yogyakarta Gadjah Mada Uni-versity Ruqaiya. 1968. Grammatical Cohe-sion in Spoken and Written and Written English. London Purwo, Bambang. 1990. Pusparag-am Linguistik dan Pengajaran Bahasa. Jakarta Purwo, Bambang. 1993. PELLBA 6. Jakarta Lembaga Bahasa Unika Atma Geoffrey, N. 1983. Principles of Prag-matics. New York Hamid Hasan. 1993. Analisis Wacana Pragamatik. Bandung John. 1983. Language, Meaning, and Context. Great Britain Fontana Paper Jos Daniel. 1990. Teori Semantik. Ja-karta Kenneth L. 1992. Konsep Linguistik Pengantar Teori Tagmemik. Jakarta Summer Institute of M. 1993. Paragraf Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta Andi Jan. 1993. Discourse Studies An Introductory Text Book. Amsterdam John Benjamins Publishing Geoffrey. 1980. School of Linguis-tics. London 1998. Analisis Bahasa. Jakarta 1992. Metode Linguistik. Yo -gyakarta Gadjah Mada University 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta Duta Wacana University Wuri. 1991. “Aspek Linguis-tik dan Sosiokultural dalam Humor”, Makalah Pertemuan Linguistik. Jakar-ta Unika Atma Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung 1985. Sosiolinguistik Pengantar Awal. Solo Henary 1985. Explorations in Applied Linguistics. London Oxford Gusti Ngurah Mayun SusandhikaJURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No. 01, Feb - Jul 2018 ISSN ISSN ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Efektif. Bandung AngkasaAtar SemiAtar Semi, 1990. Menulis Efektif. Bandung to Text LinguisticsRobert-Alain BeaugrandeDeBeaugrande, Robert-Alain de. 1981. Inroduction to Text Linguistics. London Bahasa Komik sebagai Sebuah Ragam". Magelang; Makalah PIBSIBudi SantosoGunawanBudi Santoso, Gunawan. 1987. "Ciri-Ciri Bahasa Komik sebagai Sebuah Ragam". Magelang; Makalah Linguistik dan Pengajaran Bahasa. Jakarta Arcan, hSunjono DardjowidjojoDardjowidjojo, Sunjono. 1985. "Benang Pengikat dalam Wacana", dalam Kaswanti Purwo, 1990. Pusparagam Linguistik dan Pengajaran Bahasa. Jakarta Arcan, h. 93 Pemahaman dan Hubungan Antar UnsurFatimah DjajasudarmaDjajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antar Unsur. Bandung P GrixeGrixe 1975. "Logic and Conversation", dalam Cole P. dan Morgon J. ed Syntax and Semantics, Vol. 3. New York Academy Press.
PengertianKomik Menurut Para Ahli Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pengertian komik adalah sebuah cerita dengan gambar yang bersifat lucu dan bisa dengan mudah dimengerti. Franz & Meier (1994:55) Defisini komik ialah cerita yang menekankan pada tindakan dan gerak yang ditampilkan melalui urutan gambar yang dibuat khas dengan paduan kata.
kalimat dalam komik berupa bahasa1. kalimat dalam komik berupa bahasa2. Kalimat dalam komik berupa bahasa remi percakapan bahasa yang digunakan di komik merupakan bahasa sehari hari berupa​4. komik adalah isi komik berupa ...dan ...​5. tuliskan perbedaan komik berupa buku dan komik berupa cerita pendek​6. mendeskripsikan tentang komik strip & komik lokal ke dalam bahasa Inggris min 5 kalimat7. tokoh komik berupa apa saja ​8. teks dalam komik berupa​9. komik dilengkapi oleh bahasa verbal berupa kata-kata, namun gambar dalam komik sendiri dapat memberikan pesan​10. teks dalam komik berupa11. Kalimat dalam komik berupabahasa............O Ragam resmiDaerahO O O OO Ragam percakapanO Isyarat​12. tuliskan perbedaan komik berupa buku dan komik berupa cerita pendek​13. untuk komik dapat berupa​14. bentuk komik dapat berupa​15. isi komik berupa....dan....​16. bentuk komik dapat berupa​17. isi komik berupa ? ​18. deskripsi tentang buku komik 5 kalimat dalam bahasa inggris19. komik berupa gambar figuratif disebut komik​20. Komik biasanya berupa?....... 1. kalimat dalam komik berupa bahasa langsung maaf kalo salahsemoga bermanfaat konotatif/langsung... 2. Kalimat dalam komik berupa bahasa remi percakapan jawabannya percakapanragam percakapan dengan menggunakan gambar pada sebuah buku komik yang mempunya cerita sesuai penulisnya 3. bahasa yang digunakan di komik merupakan bahasa sehari hari berupa​Bahasa yang akan digunakan dalam komik adalah bahasa Indonesia sehari- hari atau informal. 4. komik adalah isi komik berupa ...dan ...​Jawabancerita dan ada gambar kartun JawabanceritaPenjelasandan gambar yang menjadi cerita 5. tuliskan perbedaan komik berupa buku dan komik berupa cerita pendek​Jawabankalu komik berupa buku singkat dan jelas kalu komik berupa cerita pendek singkat tapi ada gambar nya. maaf kalu salah 6. mendeskripsikan tentang komik strip & komik lokal ke dalam bahasa Inggris min 5 kalimat Comic strip is a simple comic with a short story. but in it we can learn a deep mesage about something. local comic is a comic that made by local author. tell about something local with a local my opinion. i hope it can help you. sorry aboylut the bad english.... 7. tokoh komik berupa apa saja ​Jawabantokoh utama, tokoh pembantuPenjelasansemoga membantu 8. teks dalam komik berupa​JawabanBalon kataSemoga membantuJawabandialog atau percakapanPenjelasansemoga membantu 9. komik dilengkapi oleh bahasa verbal berupa kata-kata, namun gambar dalam komik sendiri dapat memberikan pesan​Jawabantersendiri dalam masing" crita 10. teks dalam komik berupaJawabandialog atau percakapansemoga membantuJawabanKarangan fika atau imajinasi 11. Kalimat dalam komik berupabahasa............O Ragam resmiDaerahO O O OO Ragam percakapanO Isyarat​Jawaban berupa bahasa ragam percakapanpenjelasan karena, bahasa percakapan yang digunakan komik biasanya bahasa percakapan sehari" , sehingga pembaca mudah mengerti n memahami bacaan komik. Bahasa komik jg tdk menggunakan bahasa yg sulit untuk dipahami pembaca. ^Maaf Kalo Salah^ ;< 12. tuliskan perbedaan komik berupa buku dan komik berupa cerita pendek​JawabanKomik adalah cerita yang menggambarkan sosok kartu atau seseorang yang digambarkan di komik dan ada tulisan/bacan di dlam gmbar tersebut dan memiliki tujuan dalam cerita dikomik tersebut, sedangkan cerpen hanya cerita pendek yang tidak mempunyai gambar di dalam cerita tersebut tapi sama" mempunyai tujuan seperti dengan komik . 13. untuk komik dapat berupa​Jawabancerita atau ilustrasi yang menggambar kan keadaan yg sebenarnyaPenjelasanmaaf kalau salahJawabanbukuPenjelasanmaaf kalau salah. 14. bentuk komik dapat berupa​Jawabandapat berbentuk sebuah ceritaPenjelasanSemoga membantu 15. isi komik berupa....dan....​Jawabangambar dan tulisan Penjelasanjadikan jawabanmu yang terbaik^_^semoga membantuJawabangambar dan tulisanPenjelasankarena komik adalah cerita bergambarsemoga membantu maaf kalau salah 16. bentuk komik dapat berupa​buku dan kumpulan lembaran per episode 17. isi komik berupa ? ​JawabanCerita cerita yg dibuat dari negara jepang yg dibuat dari kertas PenjelasanMaaf kalo salah Jawabankomik adalah gambaran kartun yang berupa gambar lucu seperti spider manPenjelasansemoga bermanfaat jadiin jawabannya tercerdas yah 18. deskripsi tentang buku komik 5 kalimat dalam bahasa inggris comic is pictures with texts. japanese comics have black and white pictures, while western comics have coloured pictures. you may read comic through your phone or through comic book. most comics come in few series. people sometimes read comic to get rid of their boredom. 19. komik berupa gambar figuratif disebut komik​Jawabana. RealisCeritanya detail, dengan gambar bersifat figuratif menirukan wujud alam manusia, hewan, tumbuhan, benda mendekati kenyataan, termasuk efek cahaya dan arsiran EkspresifGambar dan cerita lebih ditekankan pada kebebasan berekspresi. Gaya ini berkembang di jepang dengan sebutan KartunGambar kartun adalah gambar yang memiliki bentuk-bentuk yang lucu atau memiliki ciri khas tertentu. Biasanya gambar kartun banyak menghiasi majalah anak-anak, komik, dan cerita bergambar. 20. Komik biasanya berupa?.......Jawabangambar / buku semoga betul maaf ya kalau salahVideo Terkait
Didalamkomik tersebut, penulis menemukan 43 contoh kalimat yang memiliki Partikel"mo". Contoh-contoh kalimat tersebut, fungsinya dibagi kedalam 7 fungsi yaitu: 1. Partikel "mo" yang menyatakan kesamaan jenis antara dua subjek yang berupa kata benda. Memiliki makna "juga", "kedua-duanya", atau "turut serta" ditemukan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan masalah, terutama pada penggunaan, peran, fungsi, serta variasi makna dan bentuk keterkaitan jenis kalimat dengan garis gerak sufiks dalam komik Haikyuu!! karya Furudate Haruichi. Penelitian ini bersifat deksriptif kualitatif. Subjek penelitian yaitu bahasa visual yang termasuk kategori garis gerak sufiks dalam komik olahraga terjemahan dari Jepang, berjudul Haikyuu!! karya Furudate Haruichi 2012. Ada pun objek dalam penelitian ini, yaitu semua garis gerak sufiks yang disertai percakapan dalam komik Haikyuu!! karya Furudate Haruichi 2012. Teknik pengumpulan data diperoleh menggunakan metode simak dengan teknik baca dan catat. Kemudian dianalisis melalui metode lingual dan padan ekstralingual, dengan peneliti sebagai interpreter. Data juga dianalisis dengan mengklasifikasikan, dan mendeskripsikannya menurut struktur grafis dan konseptual semantik menggunakan teknik analisis konten. Dalam penelitian ini, keterkaitan jenis kalimat dengan garis gerak sufiks dalam komik Haikyuu!!, menunjukkan hasil bahwa a penanda untuk memprediksi makna garis gerak sufiks; b bentuk penekanan emosi atau sikap reaksi fisik tokoh terhadap lawan bicara; dan c bentuk mengekspresikan kebiasaan dalam percakapan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free KETERKAITAN JENIS KALIMAT DENGAN GARIS GERAK SUFIKS DALAM KOMIK HAIKYUU!! KARYA FURUDATE HARUICHI 2012ARTIKEL E-JOURNALDiajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakartauntuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana SastraDisusun OlehYasyfa Agnia Faza15210141014PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIAFAKULTAS BAHASA DAN SENIUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2021 PERSETUJUANArtikel E-Journal yang berjudul Keterkaitan Jenis Kalimat dengan Garis GerakSuks dalam Komik Haikyuu!! Karya Furudate Haruichi 2012 ini telah disetujui olehpembimbing untuk Januari 2021Pembimbing,Dra. Pangesti Wiedarti, Ling., 19580825 198601 2 002 KETERKAITAN JENIS KALIMAT DENGAN GARIS GERAK SUFIKS DALAM KOMIK HAIKYUU!! KARYA FURUDATE HARUICHI 2012THE RELEVANCIES OF SENTENCE TYPES WITH SUFFIX MOTIONLINES IN HAIKYUU!! COMIC BY FURUDATE HARUICHI 2012Yasyfa Agnia Faza1 dan Pangesti Wiedarti2 1,2Universitas Negeri Yogyakarta Pos-el yasyfaagnia8 dan pangesti ini bertujuan untuk mendeskripsikan masalah, terutama pada penggunaan, peran,fungsi, serta variasi makna dan bentuk keterkaitan jenis kalimat dengan garis gerak sufiks dalamkomik Haikyuu!! karya Furudate Haruichi. Penelitian ini bersifat deksriptif kualitatif. Subjek penelitianyaitu bahasa visual yang termasuk kategori garis gerak sufiks dalam komik olahragaterjemahan dari Jepang, berjudul Haikyuu!! karya Furudate Haruichi 2012. Ada pun objek dalampenelitian ini, yaitu semua garis gerak sufiks yang disertai percakapan dalam komik Haikyuu!!karya Furudate Haruichi 2012. Teknik pengumpulan data diperoleh menggunakan metode simakdengan teknik baca dan catat. Kemudian dianalisis melalui metode lingual dan padan ekstralingual,dengan peneliti sebagai interpreter. Data juga dianalisis dengan mengklasifikasikan, danmendeskripsikannya menurut struktur grafis dan konseptual semantik menggunakan teknik analisiskonten. Dalam penelitian ini, keterkaitan jenis kalimat dengan garis gerak sufiks dalam komikHaikyuu!!, menunjukkan hasil bahwa a penanda untuk memprediksi makna garis gerak sufiks; bbentuk penekanan emosi atau sikap reaksi fisik tokoh terhadap lawan bicara; dan c bentukmengekspresikan kebiasaan dalam Kunci garis gerak sufiks, bahasa visual, komik, konseptual study aims to describe the problem, especially in terms of usage, role, function, andvariations in the meaning and form of the relevancy between sentence types and the suffix lines ofmotion in the Haikyuu!! comic by Haruichi Furudate 2012. This research method is a qualitativedescriptive. The subject of this research is visual language which included in the category of suffixmotion lines in the Japanese translation sports comic entitled Haikyuu!! by Furudate Haruichi 2012.There are also objects in this study, namely all the lines of motion of the suffix accompanied byconversations in the Haikyuu!! comic by Furudate Haruichi 2012. The data collection technique wasobtained using the observation method with reading and note-taking techniques. Then analyzedthrough lingual methods and extralingual equivalents, with the researcher as the interpreter. Thedata were also analyzed by classifying, and describing them according to the graphical structure andconceptual semantics using content analysis techniques. In this study, the relationship betweentypes of sentences and the suffix lines of motion in the Haikyuu!! comic shows that a used topredict the meaning of the suffix lines of motion; b the form of emotional emphasis or thecharacter's physical reaction to the other person; and c forms of expressing habits in suffix motion lines, visual language, comic, semantic conseptual. PENDAHULUANMcCloud 1994 9 berpendapat bah-wa, komik merupakan salah satu karyasastra yang berisi deretan gambar-gambar dalam panel-panel yang disertaibalon-balon teks tulisan yang membentuksuatu cerita. Selain itu, komik juga dapatdipahami sebagai deretan gambar yangdisusun per adegan, lalu membentuk su-atu cerita. Komik tidak tampil tanpa teks yangutuh. Dalam artian, komik menggabung-kan aspek gambar/visual berupa bahasavisual dengan aspek bahasa tertulis be-rupa narasi atau percakapan. Untuk me-mahami isi komik, pembaca tidak hanyamembaca teksnya saja, tetapi juga perlumemahami aspek gambar dan elemen vi-sual yang ada di dalamnya. Rangkaianelemen visual itu memiliki bahasanya sen-diri untuk menyampaikan pesan, yaitu le-wat bahasa gambar/visual McCloud,1994 10, atau tulisan gambar pictorialrune, Forceville, 2011 2-3. Berdasarkan pemaparan tersebut, ko-mik dapat diartikan sebagai karya yangmemadukan antara narasi dan percakap-an dengan gambar/elemen visual. Narasidan percakapan dalam komik digunakanuntuk menjelaskan, melengkapi, memper-dalam penyampaian gambar, sehinggamakna dan maksud dari keduanya dapatdipahami. Gambar pada komik merupakansebuah penangkapan adegan per adegansebagai representasi cerita yang disam-paikan dengan menampilkan tokoh-tokohdan latar sebagai pendukung. Sedangkan,bahasa visual membangun deskripsi gam-bar pada komik, dengan menambah-kanbentuk-bentuk yang dapat membantu pe-mahaman pembaca, misalnya seperti ga-ris gerak untuk menunjukkan pergerakan,umlaut mata untuk menunjukkan intensi,bintang tubruk untuk menunjukkan ben-trokan antarbidang, dan lainnya. Dengandemikian, pembaca tidak hanya mema-hami isi komik dari konteks bahasa tulissaja, tetapi juga dari gambar dan elemenbahasa visual, seperti garis gerak dalam komik ada yang berbentuknarasi atau percakapan. Kehadiran teksdan bahasa visual diperlukan untuk me-nentukan konteks. Tanpa campur tanganteks, pembaca akan mengalami kesulitandalam menginterpretasikan maksud darisuatu gambaran visual. Sebagai contoh,ketika kita melihat gambar seseorangsedang diam dan hanya menunjukkanekspresi tidak senang, sulit untuk menen-tukan apa yang sedang terjadi pada orangitu. Jika tidak dapat mengetahui penye-babnya, pada akhirnya kita hanya dapatmenduga-duga. Di kehidupan nyata, praduga dapatmenimbulkan misinterpretasi dan mis-komunikasi antara penutur dengan lawanbicaranya. Akan tetapi, miskomunikasi da-lam percakapan dapat dicegah denganmenanyakan kembali hal-hal yang tidakdipahami. Namun, hal tersebut tidak dapatdipraktikkan dalam komik. Komik tidakmenyediakan fitur tatap muka, audio, dankinestetik. Maka dari itu, intonasi dan si-kap bicara penutur dalam komik hanya bi-sa diinterpretasikan lewat teks dan hanya unsur teks yang memba-ngun cerita dalam komik, tetapi juga gam-bar dan bahasa visual, terutama yang ber-bentuk garis gerak sufiks. Seperti halnyakomik Haikyuu!! karya Furudate Haruichi2012, yang dalam penelitian ini diangkatsebagai sumber data objek pembahasan,mengenai interaksi antara aspek bahasadengan garis gerak sufiks yang ada di da-lamnya. Komik Haikyuu!! memiliki kompo-sisi aspek bahasa berupa kalimat dekla-ratif, imperatif, interogatif, dan eksklamatifdan bahasa visual berupa garis gerak su-fiks yang saling berkaitan. 174 Komik Haikyuu!! memuat banyak isti-lah, teknik, dan gerakan-gerakan visualolahraga voli yang diimplementasikan, ba-ik dalam bentuk teks berupa narasi mau-pun percakapan atau bahasa visual beru-pa garis gerak sufiks. Garis gerak sufiksdalam bahasa visual merupakan sebutanuntuk salah satu kategori garis gerak yangmerepresentasikan gerakan satu beberapa penelitian terdahu-lu Brooks, 1977; Friedman & Stevenson,1975; Gross, dkk., 1991; Kawabe & Miura,2006 via Cohn, 2015 11; Ito, dkk., 20105, garis gerak sufiks dalam komik dapatmemberikan penggambaran gerak yanglebih jelas dibandingkan dengan gambarpostural saja. Selain itu, berdasarkan penelitian ter-dahulu, Cohn, 2015 11; Ito, dkk., 20105 keterkaitan garis gerak sufiks dengankalimat dalam narasi maupun percakapanpada komik, dapat membantu pembacadalam melengkapi konsep-konsep non-bahasa, yang sebelumnya tidak dijabar-kan di konteks bahasa tertulis. Garis geraksufiks juga dinilai dapat memberikan ana-lisis bentuk, serta tujuan suatu gerakan di-lakukan dalam komik. Pada komik, garisgerak sufiks juga digunakan untuk meng-gambarkan pergerakan dari gerakan tek-nis yang tidak dijabarkan dalam bentukteks. LANDASAN TEORIPemahaman membaca dan mengana-lisis komik tidak terlepas dari genre dan memiliki definisi yang bervariasijika dilihat dari zaman dan bidang-bidangyang dirujuk. Misalnya, pada bidang musikdan sastra, genre merupakan istilah yangdigunakan untuk mengklasifikasikan jeniskarya-karya yang dihasilkan dari keduabidang tersebut. Seiring berkembangnyailmu pengetahuan, ahli linguistik sepertiHalliday dan Martin, mengembangkanpendefinisian genre yang lebih luas, yaitudengan menggunakan konteks budaya se-bagai salah satu latar belakang muncul-nya jenis-jenis teks yang muncul dalamteks di kehidupan bersosial Knapp &Watkins, 2005 21-22; Wiratno, 2018 300-301. Oleh karenanya, dapat dikatakanbahwa teks tidak muncul dengan begitusaja, tetapi melalui proses sosial yangpanjang, sehingga keberadaannya memi-liki tujuan dan fungsi sosial yang sesuaidengan konteks budaya yang digunakan da-lam analisis genre tidak hanya melakukanpendekatan secara umum, akan tetapi ju-ga spesifik. Pendekatan spesifik yang di-maksud yaitu dilihat dari bagaimana, un-tuk apa, dan siapa teks tersebut multimodal merupakan salah sa-tu representasi yang mencakup pendekat-an spesifik. Teks multimodal mengga-bungkan pendekatan genre tersebut dariberbagai macam elemen, seperti simbolnonverbal, simbol auditori, simbol visual,dan gestur atau ekspresi penutur ketikamemproduksi teks tersebut. Pendekatantidak hanya dilihat dari segi tulis dan lisan,tetapi juga berdasarkan faktor-faktor eks-tralingual yang memberikan informasi tam-bahan, sehingga dapat melengkapi satusama lain, dan komik merupakan salahsatu bentuk teks konten dari komik juga ti-dak terlepas dari kemampuan pada awalnya anggapan ten-tang konsep literasi yang menyimpangmenyebabkan banyak orang berpikir bah-wa literasi hanyalah sebatas kemampuanmenulis dan membaca Pettersson, 20207; Uyan Dur, 2018 2-3. Padahal padakenyataannya, membaca dan menulis ha-nyalah bagian dari literasi WEF World Economic Fo-rum, 2015 2 literasi dasar merepresenta-175 sikan bagaimana pengaplikasian kemam-puan-kemampuan dasar di kehidupan se-hari-hari. Kemampuan-kemampuan terse-but, kemudian menjadi dasar pengem-bangan kualitas kompetensi dan karakterpelajar. Kemampuan enam literasi dasartersebut, yaitu literasi baca tulis, sains,numerasi atau kuantitatif, digital, kewarga-negaraan dan kebudayaan, serta literasifinansial. Tidak lama ini, Indonesia mem-berikan acuan kurikulum baru tersebutkepada masyarakat Indonesia, dan hal inimerupakan bagian dari program kerjaGerakan Literasi satu jenis kemampuan literasiyang digunakan ketika membaca komikadalah literasi visual. Literasi visual tidakhanya terbatas pada media berbentukteks—karena pada dasarnya teks jugadapat diamati secara visual—tetapi jugamedia yang bersifat gambar dan visual juga dapat dipahami seba-gai kecakapan dalam mendefinisikan danmenginterpretasi suatu informasi yangberbentuk visual dengan menggunakanbahasa visual McVicker, 2018 2; Supsa-kova, 2016 7; Uyan Dur, 2018 3-4. Literasi visual berperan penting untukmembangun kebiasaan berpikir ini dapat mendukung kapasitasintelektual seseorang agar dapat amenginterpretasi konten gambar; bmeneliti pengaruh sosial dalam gambar; cmendorong kemampuan visualisasi inter-nal; dmendiskusikan makna gambar un-tuk mengkarakterisasikan pada siapa ditu-jukan; e berkomunikasi secara visual; fmembaca dan menginterpretasikan gam-bar McVicker, 2018 3; Supsakova, 20167.a. Jenis KalimatMenurut Trask 2007 256, kalimatmerupakan bentuk termurni dari satuangramatikal terbesar dalam bahasa. Tentupada hakikatnya, secara linguistik, kalimatbukanlah satuan terbesar. Di atas kalimatmasih ada paragraf dalam bentuk tulis-an, putaran giliran turns jika berada da-lam pembicaraan, serta wacana. Kalimatsetidaknya memiliki subjek dan predikat. Pada penelitian ini, kalimat percakap-an pada komik hanya diklasifikasikan ber-dasarkan fungsinya yang terbagi menjadiempat kategori, yaitu deklaratif kalimatpernyataan, interogatif kalimat pertanya-an, imperatif kalimat perintah/perminta-an, dan eksklamatif kalimat seruan.1. Deklaratif PernyataanDeklaratif merupakan istilah dari kali-mat yang digunakan untuk mengatakansebuah pernyataan, baik itu berbentuk in-formasi maupun komunikasi. Kalimat de-klaratif juga dapat digunakan untuk me-nyampaikan suatu tanggapan. Biasanya,kalimat ini disertai dengan gestur atau ge-rakan kasual, seperti mengangguk, meng-gelengkan kepala, dan lainnya Suhardi,2013 95. Kalimat deklaratif tidak selaludiakhiri dengan tanda titik, akan tetapi bisasaja diakhiri tanda seru atau bahkan tandatanya Warriner, 2008 9. Kalimat deklaratif yang diakhiri dengantanda tanya, biasanya merupakan kalimatyang secara tidak langsung telah men-jawab kalimat itu sendiri. Sehingga, kon-teks kalimatnya dianggap sebagai sebuahpernyataan dibandingkan pertanyaan. Da-lam komik, kalimat deklaratif yang digu-nakan pada percakapan antartokoh, tidakselalu menggunakan pola kalimat yanglengkap dan terkadang hanya berisi peng-galan frasa atau kata, atau bahkan diung-kapkan lewat bahasa Interogatif PertanyaanInterogatif merupakan kalimat yangberisi pertanyaan dan ditandai dengan ka-ta tanya, seperti apa, mengapa, bagaima-176 na dan lainnya, serta diakhiri tanda tanya? Crystal, 2008 253. Akan tetapi, di da-lam komik tidak semua kalimat yang di-akhiri tanda tanya merupakan kalimat inte-rogatif Malik, 2011 11. Terkadang dalamkomik, kalimat interogatif tidak memilikikalimat yang utuh, dan bahkan hanya ber-isi piktogram berupa tanda baca saja, atauvokalisasi bukan tuturan seperti hm?’;hah?’; dan lainnya Forceville, 2010 7. 3. Imperatif Perintah/PermintaanKalimat imperatif merupakan kalimatyang berisikan perintah atau permintaandan dipakai ketika penutur ingin melarang,menyuruh, atau meminta melakukan suatuaktivitas kepada seseorang Malik, 201112. Dalam komik, kalimat imperatif dapatberbentuk seperti kalimat pada percakap-an sehari-hari, terkadang tidak berbentukutuh. Kalimat imperatif juga tidak selaludiakhiri dengan tanda Eksklamatif SeruanMenurut pengertian secara tradisionalCrystal, 2008 177, kalimat eklamatifatau kalimat seruan merujuk pada kalimatyang berisi ungkapan perasaan atau emo-si. Biasanya, struktur gramatikal kalimat initidak lengkap. Selain ditandai dengan tan-da seru, kalimat ini juga ditandai denganin-tonasi yang kuat atau lembut. Kalimateksklamatif juga terdapat kata interjeksi,seperti ah’; hoi’; aduh’; humph’; ayo’;dan lainnya. Kalimat eksklamatif dalamkomik terkadang hanya dimunculkan da-lam bentuk piktogram, atau vokalisasi bu-kan tuturan Forceville, 2010 7; Warriner,2008 19.b. Teori Bahasa Visual Garis GerakSufiksSebagaimana halnya dengan novel,komik hanyalah hasil akhir dari prosespembuatan sebuah karya. Komik adalahobjek sosial yang dibuat dengan meng-gabungkan dua hasil perilaku manusia,yaitu menulis dan menggambar Cohn,2013 1. Analoginya, jika novel ditulisdengan menggunakan bahasa sasarancontoh bahasa Indonesia, maka susun-an gambar yang ada pada komik merupa-kan bahasa visualnya tersendiri. Jadi, ko-mik bukanlah bahasa, melainkan komik di-tulis dalam bahasa tertulis dan bahasavisual, sama halnya dengan novel yangditulis menggunakan bahasa komik menggunakan kaidahpenggabungan untuk membentuk aspekkeseluruhan gambar yang lebih bermak-na, mirip dengan cara kerja morfem mem-bentuk kata. Bagian-bagian dari gambaryang telah dikombinasikan akan berkontri-busi dalam mengubah makna gambarsecara keseluruhan. Salah satunya meru-pakan penggabungan antara teks tertulisdengan bahasa visual berupa garis gerak sufiks dalam bahasa visu-al merupakan sebutan untuk salah satukategori garis gerak yang merepresentasi-kan gerakan satu arah Cohn, 2013 39.Garis gerak sufiks merupakan jenis garisgerak yang paling banyak muncul dandikenali dalam komik Cohn, 2013 39.Bentuk permukaannya bervariasi, adayang menggambarkan garis gerak lebihbesar dan panjang dengan tengah ruangkosong—antara dua garis—diberi warnasolid, sehingga kelihatan seperti PENELITIANPenelitian ini bersifat deskriptif kualita-tif. Subjek penelitiannya, yaitu bahasa vi-sual yang termasuk kategori garis ge-rak sufiks dalam komik olahraga terje-mahan dari Jepang, berjudul Haikyuu!!karya Furudate Haruichi 2012. Ada punobjek dalam penelitian ini, yaitu semuagaris gerak sufiks yang disertai perca-177 kapan dalam komik Haikyuu!! karyaFurudate Haruichi 2012.Data yang diambil dari komikHaikyuu!! karya Furudate Haruichi 2012untuk penelitian ini, berjumlah 2 babterkecuali bab bonus. Pada Bab 1 terda-pat 53 halaman dan Bab 2 ada 27 hala-man. Pemilihan sumber data penelitian iniberdasarkan dari pengamatan penelitiyang menemukan banyak interaksi antarabahasa tertulis—berupa teks narasi ataupercakapan—dengan bentuk-bentuk ba-hasa visual—berupa garis gerak sufiks—dalam komik Haikyuu!! karya FurudateHaruichi 2012.Teknik pengumpulan data diperolehmenggunakan metode simak dengan tek-nik baca dan catat. Kemudian dianalisismelalui metode lingual dan padan ekstra-lingual, dengan peneliti sebagai interpre-ter. Data juga dianalisis dengan mengkla-sifikasikan, dan mendeskripsikannya me-nurut struktur grafis dan konseptual se-mantik menggunakan teknik analisis kon-ten. Keabsahan data diperoleh melaluiperpanjangan keikutsertaan dan ketekun-an pengamatan, sedangkan untuk uji rea-libilitas data menggunakan teknik PENELITIANUntuk menunjang pemahaman secaramenyeluruh, hasil penelitian garis geraksufiks akan dijabarkan terlebih pada hasil penelitian yang telahterlaksana terhadap keterkaitan antarajenis kalimat dengan garis gerak sufiksdalam komik Haikyuu!! karya FurudateHaruichi pada Bab 1 dan Bab 2, diperolehhasil sebagai garis indeks yang terdapatdalam komik Haikyuu!! karya FurudateHaruichi dikategorikan menjadi enambagian, yaitu sufiks, pelengkap/pengganti,konfiks, reduplikasi, radial, serta skopiklihat Tabel 1.Tabel 1. Jumlah Inferensi pada Klasifikasi Garis IndeksIndeksJumlahPersentase Sufiks16553,92%Pelengkap5116,66%Konfiks3912,74%Reduplikasi309,8%Radial216,86%Skopik0 0Dari enam kategori garis indeks, adasatu kategori yang bentuk satuannya tidakditemukan pada kumpulan data, yaitu sko-pik. Skopik merupakan bentuk satuan ba-hasa visual yang berfungsi untuk menun-jukkan arah pandangan akar karena tandaini menggambarkan ke mana penglihatanmenuju. Pada data yang diambil, tidak di-temukan skopik. Akan tetapi, tidak berartike seluruhan serial tidak memiliki komik Haikyuu!! karya FurudateHaruichi 2012 garis gerak sufiks memilikifrekuensi kemunculan tertinggi. Hal terse-but dikarenakan ilustrator komik lebih ba-nyak memberikan penjelasan tambahanmenggunakan garis gerak sufiks padagambar-gambar yang menunjukkan postur178 sedang melakukan gerakan kasual, seper-ti menoleh, mencondongkan tubuh bagianatas, membungkuk, dan lainnya. Terdapatlima variasi inferensi kegiatan garis geraksufiks yang muncul berdasarkan frekuensikemunculan lihat Tabel 2.Tabel 2. Klasifikasi Variasi Garis GerakSufiks Berdasarkan Inferensi KegiatanKomik Haikyuu!! Inferensi Jumlah Persentase1. Menoleh 30 19,48%2. Mencondongkan25 16,23%3. Berjalan 14 9,09%**Expressionisfaulty**. Mendongakkan14 9,09%5. Memiringkan 10 6,49%Selain bentuk-bentuk inferensi kegiat-an dari garis gerak sufiks yang ditemukan,teks dalam komik juga dapat membantupembaca mengenali tindakan dan sikapyang digambarkan oleh ilustrator dalamkomiknya selain menggunakan bahasavisual. Teks yang dimaksud merupakandialog-dialog pada percakapan dan narasiyang ada dalam komik Haikyuu!! karyaFurudate Haruichi 2012. Dialog perca-kapan dan narasi tersebut kemudian dikla-sifikasikan kembali menurut fungsi jeniskalimatnya. Ada empat kategori jenis kalimat yangdigunakan dalam pengkategorian, yaitudeklaratif, interogatif, imperatif, dan eks-klamatif. Selain keempat jenis kalimat ter-sebut, juga ada bagian yang menggu-nakan garis gerak sufiks, akan tetapi ti-dak ada narasi maupun dialog percakapanyang mengikuti. Maka dari itu, dalampengkategorian ditambahkan kategori TPTanpa Percakapan. Berikut kelima varia-si inferensi garis gerak sufiks berkategorikegiatan, yang telah diklasifikasikan jeniskalimat lihat Tabel 3.Tabel 3. Klasifikasi Variasi Jenis Kalimat pada Garis Gerak SufiksKomik Haikyuu!!No. VariasiInferensi Dek. Int. Imp. Eks. TP1. Menoleh 8 8 4 6 82. Mencon-dongkan 15 4 4 3 13. Berjalan 4 2 2 0 8** Expression is faulty **.Mendo-ngakkan 7 1 0 4 45. Memiring-kan 4 3 0 0 4Pada Tabel 3, terdapat klasifikasi jeniskalimat yang terdapat dalam percakapandan narasi pada inferensi garis geraksufiks dalam komik Haikyuu!! karyaFurudate Haruichi 2012. Fungsi pengka-tegorian kalimat tersebut untuk mengeta-hui apakah setiap garis gerak sufiks me-miliki keterkaitan tertentu ketika digunakandalam situasi teks itu hadir maupun pengkategorian kalimat pula,dapat dilihat bahwa masing-masing variasiinferensi garis gerak sufiks dalam komikHaikyuu!! memiliki kecenderungan hasil pengamatan, garisgerak sufiks merupakan representasi daripergerakan kehidupan nyata, terutama pa-da gerakan kasual. Maka dari itu, ilustratoryang menggambarkan sufiks juga dapatmeniru kebiasan manusia ketika melaku-kan sebuah pergerakan dan hal ini terma-suk jenis kalimat yang digunakan tokohdalam komik. Meskipun kebiasaan-kebia-saan tersebut tidak dapat dikonvensi-onalkan, akan tetapi dalam penelitian iniditemukan repetisi terhadap jenis kalimat179 yang digunakan ketika sebuah sufiks antara konteks dan kon-sep dalam komik tidak bisa dilepaskandari fungsi kalimat pada percakapan yangada di balon dialog dan garis gerak sufikssebagai bahasa visual. Pada komikHaikyuu!! karya Furudate Haruichi 2012,berdasarkan hasil temuan, keterkaitan an-tara dua elemen tersebut membentuk se-buah pola keberulangan. Pola itu dimilikioleh variasi jenis garis gerak sufiks meno-leh, mencondongkan, berjalan, dan men-dongakkan—dengan catatan keempat ga-ris gerak sufiks itu merupakan variasi de-ngan tingkat kemunculan yang tinggi. Ter-kecuali, variasi jenis garis gerak sufiksmemiringkan, yang tidak memiliki pola ke-berulangan antara konteks dan konsepdalam komik Haikyuu!!.Keberulangan pola dari keempat varia-si sufiks yang muncul dalam Bab 1 danBab 2 komik Haikyuu!! karya FurudateHaruichi, menunjukkan relevansi antarapemakaian sufiks dan jenis kalimat. Padaawalnya, peneliti menduga pola keberu-langan jenis kalimat ada di kelima variasigaris gerak sufiks dengan frekuensi terba-nyak. Namun ternyata, hanya empat varia-si jenis sufiks yang memiliki pola keberu-langan. Di satu variasi lainnya, walaupunsufiks memiringkan memiliki jumlah jeniskalimat deklaratif, interogatif, dan kategoritanpa percakapan yang tidak terlalu jauhberbeda, tetapi kemunculannya terlaluacak dan tidak dapat dihubungkan antarakonteks dengan konsep yang membangunperistiwa dalam komik. Berbeda denganempat variasi sufiks yang memiliki polakeberulangan, keempat variasi sufiks ter-sebut dapat diinterpretasikan polanya se-suai dengan konteks dan konsep yang Garis Gerak Sufiks Bermakna Me-nolehGaris gerak sufiks kegiatan bermaknamenoleh merupakan sufiks yang menyata-kan interpretasi dari gerakan memutarkankepala ke samping kanan, kiri, atau bela-kang. Pada garis gerak sufiks kategori ke-giatan menoleh terdapat jumlah jenis kali-mat deklaratif, interogatif, dan kategori TPyang setara, masing-masing sebanyak de-lapan, sedangkan kalimat imperatif adaempat, dan eksklamatif ada enam. Pola keberulangan jenis kalimat padavariasi sufiks menoleh menunjukkan ada-nya penggunaan untuk pertukaran aksidan reaksi. Aksi dan reaksi yang dimak-sud dapat terjadi pada aktivitas bertanyadan menjawab fokus pada kalimat dekla-ratif dan interogatif, atau ketika memberi-kan reaksi fisiologis seperti menoleh kare-na kaget, atau sekedar reaksi spontan ka-rena dipanggil oleh orang lain hanya re-aksi tanpa percakapan. Biasanya sufiksgerakan menoleh dipicu terlebih dahuluoleh rangsangan baik itu berupa aksi daritokoh lain ucapan percakapan, ataurangsangan berupa bunyi dan sentuhan,yang mengakibatkan tokoh tersebut mem-berikan reaksi berupa menoleh. Oleh ka-renanya, sufiks menoleh juga dapat diin-terpretasi sebagai gerakan untuk mencarisumber aksi atau rangsangan yang Data V1/B1/H7/P74Data V1/B1/H7/P74 memperlihatkangaris gerak sufiks yang menunjukkan180 adanya pergerakan kecil oleh kepala sa-lah satu tokoh dalam gambar. Strukturgrafis gambar menunjukkan adanya per-gerakan pada salah satu bagian tubuhdengan spesifik. Tampak pada gambar,garis berada pada samping kening tokoh,sehingga interpretasi pergerakan yang di-hasilkan cocok dengan kegiatan meno-leh. Selain itu, terdapat kalimat interogatif“Ada apa dengan mereka?” yang jika di-lihat dari percakapan gerakan tersebutmerupakan respon tokoh terhadap lawanbicaranya, sehingga dia menoleh untukmemberikan respon sekaligus memasti-kan siapa yang ditunjuk oleh lawan Garis Gerak Sufiks Bermakna Men-condongkanGaris gerak sufiks kegiatan bermaknamencondongkan merupakan interpretasidari gerakan mengedepankan bagian tu-buh tertentu biasanya badan bagianatas, atau kepala ke arah depan, sam-ping kanan atau kiri. Berbeda dengangaris gerak sufiks menoleh, pada sufiksmencondongkan terdapat perbedaanyang sangat signifikan terhadap penggu-naan jenis kalimatnya. Kalimat deklaratifmencapai frekuensi terbesar, yaitu seba-nyak 15 dibandingkan jenis kalimat dalamkategori sufiks yang sama lihat Tabel 3.Bahkan, dalam kategori sufiks yang ber-beda. Garis gerak sufiks mencondongkansering digunakan ketika tokoh dalam ko-mik mengungkapkan kalimat deklaratifyang berisi antusiasme, bisa berupa ke-kaguman keheranan, ketakjuban, kecem-buruan, keirian, atau ungkapan emosilainnya. Hal ini menunjukkan data infe-rensi sufiks mencondongkan terdapat po-la kesamaan ungkapan dan sikap di an-tara ke-15 jumlah kalimat deklaratif padasufiks tersebut. Maka dari itu, untuk saat ini penelitidapat menyatakan bahwa volume freku-ensi jenis kalimat deklaratif dalam garisgerak sufiks mencondongkan memilikijumlah yang paling besar di antara se-mua variasi kategori sufiks pada komikHaikyuu!! karya Furudate Haruichi2012. Kalimat deklaratif tersebut jugadigunakan beriringan dengan sufiks men-condongkan untuk menggambarkan ung-kapan emosi, seperti kekaguman, kehe-ranan, ketakjuban, kecemburuan, keirian,dan Data V1/B1/H18/P61Pada Data V1/B1/H18/P61 selainmemiliki garis gerak sufiks lebih panjang,juga berbayang, yang artinya ada tam-bahan kecepatan dalam proses pergerak-an. Sehingga, data V1/B1/H18/P61 diin-terpretasikan sebagai gerakan yang me-nunjukkan antusiasme positif. Hasil inter-pretasi tidak hanya berdasarkan padagambar, akan tetapi juga dialog antarto-koh. Jika dari dialog, data V1/B1/H18/P61 terdapat kalimat imperatif be-rupa antusiasme tokoh ketika mengajaktemannya untuk melihat pertandinganyang sudah dimulai “Lihat pertandingan-nya sudah dimulai!! Daichi-san! Suga-san!”, kemudian disertai garis gerak su-fiks mencondongkan yang memanjang ju-ga berbayang untuk memberikan penje-lasan bahwa gerakan tersebut cukup ce-pat dan berskala 3. Garis Gerak Sufiks Bermakna Ber-jalanGaris gerak sufiks kegiatan berjalanmerupakan interpretasi dari garis gerakyang menunjukkan pergerakan yang dimaksud bukan berarti ga-ris gerak berada di antara kedua kaki un-tuk menunjukkan kegiatan berjalan, akantetapi jauh lebih sederhana. Garis geraksufiks berjalan sering kali diletakkan padabagian punggung atau belakang kepala,dengan posisi tubuh tokoh dalam gambarsedang melangkahkan kaki. Akan tetapi,tidak semua bergantung pada posisi tubuhyang memang menunjukkan pose sedangmelangkahkan kaki. Sering kali garis ge-rak ini ditemukan pada panel dengan bing-kai upper body shoot tubuh bagian atas,gambar hanya sampai pinggang, sehing-ga tidak memperlihatkan posisi kaki. Olehkarenanya, perlu perhatian lebih untuktidak salah menginterpretasikan maknagaris gerak sufiks kegiatan berjalan de-ngan gerakan kegiatan lain yang garis gerak sufiks kegiatan ber-jalan, kategori TP memiliki frekuensi ke-munculan tertinggi di antara kategori lain-nya, sebanyak delapan kali, sedangkankedua terbanyak diperoleh kalimat dekla-ratif empat lihat Tabel 3. Berdasar pada pengamatan ketikamenganalisis data, tokoh gambar yangdiikuti garis gerak sufiks kegiatan berjalanlebih banyak diam tidak ada percakapan.Jika benar ada, biasanya lebih ke pertu-karan bicara satu arah. Jenis kalimat de-klaratif yang ada di percakapan dalam ga-ris gerak sufiks kegiatan berjalan sesuaidengan istilah berbicara sambil lalu, mak-sudnya kalimat yang digunakan dalampercakapan lebih ke memberikan pernya-taan dalam bentuk mengomentari. Se-dangkan, kategori jenis kalimat lainnya,seperti kalimat interogatif dua dan impe-ratif dua hanya muncul sedikit dalamBab 1 dan Bab 2 komik Haikyuu!! karyaFurudate Haruichi 2012 dan bahkan adabeberapa yang muncul bersamaan dalamsatu percakapan. Hanya saja pada garisgerak sufiks kegiatan berjalan dalam Bab1 dan Bab 2 komik Haikyuu!!, tidak dite-mukan adanya kategori jenis kalimat eks-klamatif dan alasan mengapa hal tersebutterjadi masih belum Data V1/B1/H12/P53Data V1/B1/H12/P53 memiliki dialog,akan tetapi tidak dapat membantu prosesinterpretasi makna garis gerak sufiks de-ngan jelas. Hanya saja, kalimat dalam per-cakapan data V1/B1/H12/P53 menunjuk-kan adanya pola berbicara sambil berjalandengan tujuan yang juga disesuaikan de-ngan konteks situasi suatu peristiwa da-lam panel. Pada data V1/B1/H12/P53terdapat kalimat deklaratif “Bahkan meski-pun kita mengisi banyak botol air ini, disa-na kita tidak akan merasa haus,maksud-ku, jika pria Yukigaoka itumenjadi lawan kita” yang diinterpretasikansebagai ben-tuk respon dalam sebuahpercakapan sembari berjalan. Tujuan dari data V1/B1/H12/P53 yai-tu sebagai respon mengomentari penda-pat lawan bicaranya dalam sebuah per-cakapan, meskipun pada pada data V1/B1/H12/P53 tidak diperlihatkan secaralengkap pertukaran bicara antara tokohtersebut dengan lawan 4. Garis Gerak Sufiks Bermakna Men-dongakkanGaris gerak sufiks kegiatan mendo-ngak merupakan interpretasi dari gerakanmengangkat sedikit kepala atau wajah keatas. Pada garis gerak sufiks gerakan ini,ditemukan variasi jenis kalimat, yaitu kali-mat deklaratif tujuh, interogatif satu,eksklamatif empat, dan TP empat lihatTabel 3. Tidak ada kategori jenis kalimatimperatif. Berdasarkan temuan tersebut, kalimatdeklaratif menjadi jenis kalimat yang mun-cul terbanyak dan disusul oleh kalimateksklamatif dan TP. Berdasarkan penga-matan ketika menganalisis, hal ini dikare-nakan pada Bab 1 dan Bab 2, garis geraksufiks kegiatan mendongakkan biasanyadigunakan ilustrator komik Haikyuu!!,Furudate Haruich, untuk memberikan efekdeterminasi, seperti bentuk pernyataanterhadap keyakinan, keteguhan, keperca-yaan, kekaguman, kejengkelan, keputus-asaan, atau bahkan ketika bernostalgia. Walaupun tidak dapat diasumsikan se-cara umum, akan tetapi garis gerak sufiksmendongakkan dari Bab 1 dan Bab 2komik Haikyuu!! karya Furudate Haruichimemiliki frekuensi kemunculan jenis kali-mat deklaratif yang lumayan tinggi. Selainitu, berdasarkan kalimat, juga didasaripada konsep gambar, seperti mengandal-kan ekspresi wajah tokoh dalam komik ke-tika tidak ada percakapan. Hal ini mem-bantu untuk menemukan pola kesamaanpada pemakaian jenis kalimat dan variasigaris gerak sufiks yang muncul, sehinggakeduanya dapat dinyatakan ada Data V1/B1/H14/P4Pada data V1/B1/H14/P4 terdapat ka-limat deklaratif berupa “Aku
 juga bisamelompat” yang kemudian disertai garisgerak sufiks kegiatan mendongak. Kalimatdeklaratif tersebut memberikan informasibahwa, tokoh memiliki keyakinan terhadapkemampuan yang ia miliki, sedangkan ga-ris gerak sufiks mendongak ditambahkanuntuk memberikan penekanan kembaliagar pembaca dapat memahami maknakalimat dan gerakan itu sebagai bentuk si-kap keyakinan. 5. Garis Gerak Sufiks Bermakna Me-miringkanGaris gerak sufiks kegiatan bermaknamemiringkan merupakan garis gerak su-fiks yang menyatakan interpretasi perge-rakan kepala atau badan, ke samping ka-nan atau kiri. Pada garis gerak sufiks iniditemukan tiga kalimat deklaratif, tiga in-terogatif, dan empat kategori TP lihatTabel 3. Dalam kategori garis gerak su-fiks kegiatan, tidak ada jenis kalimat impe-ratif dan eksklamatif. Gerakan memiringkan kepala, biasa-nya diidentifikasi sebagai gerakan atausikap ketika seseorang menunjukkan rasakebingungan atau isyarat meminta penje-lasan dengan mengutarakan gestur tanpabicara. Namun, dari frekuensi kemunculangerak dan jenis kalimat yang menyertai,tidak ditemukan adanya pola repetisi yang183 sesuai dengan hipotesis kebiasaan meng-identifikasi memiringkan kepala sebagaibentuk sikap bingung maupun pola lain-nya. Maka dari itu, dari Bab 1 dan Bab 2komik Haikyuu!! karya Furudate Haruichi2012, tidak ditemukan makna pola peng-gunaan jenis kalimat pada sufiks Data V1/B1/H32/P3Data V1/B1/H32/P3 menunjukkan ge-rakan sufiks yang cenderung lebih tipisdari tiga gambar sebelumnya. Hal ini da-pat dilihat dari lengkungan garis gerakyang tidak terlalu membusung, hanya se-bagian kecil saja yaitu ujung atas garisgerak sedikit melengkung. Perbedaan lainnya yaitu garis geraksufiks tunggal. Artinya, garis gerak sufikspada data V1/B1/H32/P3 berjumlah satu,hanya saja terdapat cabang kecil di ba-gian bawah. Hal tersebut juga menunjuk-kan betapa kecilnya gerakan ini. Jikagambar dalam keadaan bergerak anima-si maka akan cukup sulit untuk meng-identifikasinya secara langsung, kecualidianalisis per bingkai frame. Selain itu, terdapat kalimat deklaratif“Kita masih belum kalah, kau tahu!?”yang memiliki gaya retoris, dan dimaknaisebagai pernyataan bahwa tokoh meya-kini dirinya masih belum kalah dan ber-usaha mengaplikasikan pandangan ter-sebut kepada lawan bicaranya. Pada kali-mat tersebut, garis gerak sufiks memi-ringkan berfungsi untuk memberikan pe-nekanan terhadap kalimat, sehingga si-kap tokoh tampak lebih narasi dan percakapan yang di-temukan di komik Haikyuu!! dikategorikanmenurut jenis kalimatnya, menjadi limakategori, yaitu deklaratif, interogatif, impe-ratif, eksklamatif dan kategori tambahanTP untuk inferensi garis gerak sufiks yangtidak memiliki percakapan. Kategori jeniskalimat tersebut, kemudian diteliti keter-kaitannya dengan pemakaian bahasa vi-sual berupa garis gerak sufiks yang telahdiklasifikasikan variasinya. Terutama padakelima variasi garis gerak sufiks denganfrekuensi terbanyak. Berdasarkan hasil analisis dalam pe-nelitian ini, dapat disimpulkan bahwa teksnarasi maupun percakapan berfungsi un-tuk menambahkan informasi mengenaimaksud suatu gerakan dilakukan, dari se-gi tekstual. Kemudian, garis gerak sufiksdigunakan untuk memberikan informasitambahan mengenai penekanan, dan pe-tunjuk prakiraan terhadap postur gerakanyang diilustrasikan. Keduanya memiliki ke-terkaitan yang berkesinambungan antarasatu sama lain, dan pola keberulanganyang terjadi menunjukkan bahwa jenis ka-limat dan garis gerak sufiks dalam komikHaikyuu!! karya Furudate Haruichi 2012digunakan sebagai a penanda untukmemprediksi makna garis gerak sufiks; bbentuk penekanan emosi atau sikapreaksi fisik tokoh terhadap lawan bicara;dan c bentuk mengekspresikan kebiasa-an dalam PUSTAKABrenner, Robin. 2018. A Guide to UsingGraphic Novels with Childrenand Teens. Graphix Churces, Andrew. 2009. Bloom’s DigitalTaxonomy, Georgeta, dan DumitruChirleƟan. 2019. ModernApproach for EmpoweringLiteracy in Adolescents throughCreative Engagement withComics. The European Pro-ceedings of Social & Behavior-al Sciences, hlm. Cohn, Neil. 2005. A visual lexicon. PublicJournal of Semiotics, 11, 2010. Japanese Visual Lan-guage The Structure of T. Johnson-WoodsEd.. Manga An anthology ofglobal and cultural perspectives,hlm. 187-203. 2012a. Taylor-Weiner, A., &Grossman, S.. Framing atten-tion in Japanese and AmericanComics Cross-Cultural Differ-ences in Attentional Struc-ture. Frontiers in Psychology, 3,349. 2012b. Comics, Linguistics, andVisual Language The Past andFuture of a Field. dalam Ed. Linguistics andthe Study of Comics, hlm. 92-118. M.,Jackendoff,R.,Holcomb, &Kuperberg, Peanuts andBolts ofVisualNarrativeStructure andMeaning inSequentialIm-ageComprehension. CognitivePsychology, 651,hlm. 1-38. 2013a. TheVisualLanguage ofComicsIntroduction totheStructure andCognition 2013b. Visualnarrativestruc-ture. CognitiveScience, 373, 111/ 2013c. Beyondspeechballoons andthoughtbubbles Theintegration oftextandima-ge. Semiotica 197, &185 Kuperberg, TheGrammar OfVisualNarrativeNeuralEvidence ForCons-tituentStructure inSequentialImageComprehension. Neuro-psychologia, 64, &Ehly, TheVoca-bularyofMangaVisualMor-phology InDialects ofJapaneseVisualLan-guage. Journal ofPragma-tics, 92, &Foulsham, MeaningabovetheheadCombinatorialConstraintson theVisualVocabulary ofCognitivePsychology, 285,559-574. Interdisciplinaryappro-achestovisualnarrative. In TheVisualNarra-tiveReader E.,Kendall, L. N.,&Magliano, Comics andCognitiveSystemsThePro-cessing Proceedings ofthe38thAn-nualConferenceof theCogni-tiveScienceSociety, So-ciety. 2016e. AMultimodalParallelArchitectureACognitiveFrameworkforMultimodalInterac-tions. Cognition, 146, 16/ M.,Yeh,R., &Pederson, TheCul-turalPagesofComicsCross-CulturalVariation inPageLay-outs. JournalofGraphic No-velsandComics, 1-20. 2018b. InDefense of A"Grammar" inTheVisualLan-guageofComics. Journal ofPragmatics, 127,hlm. 1-19. 2018c. Combinato TheConstructionofWord,47, ofLinguisticsandPhoneticsSixthEdition. UKBlackWellPublish-ingDobinson, T., 1-10. Forceville,Charles, TonyVeale, inComics. InJoyceGoggin& DanHassler-Foresteds,TheRiseandReason ofComics andGra-phicLiteratureCriticalEssays ontheForm, NC ofPragmatics,433, Alon. Hiroyuki,TakeharuSeno, MediatedCommunication. NTTFakultasPe TheInvisible McVicker,Claudia aTextStructure forLearning toRead. TheReadingTeacher,611, J. D., ofInfology. Stamenković, ofCog-nitiveLinguistics toComicsStudies”.BalkanJournal OfPhilosophy,62, Suhardi. forthe ofAdvances inEducation,25, PusatBahasaKementerianPendidik-anNasionalTrask, R. dur, ofCommuni-cationandMedia,44, Holt,Rinehart andWinston AHarcourtEducationCompany.WEFUSA. thePoten-tial 2020.“Haikyu!!”, ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Kalimattanya biasa adalah jenis kalimat yang paling sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Jenis kalimat ini digunakan untuk menggali informasi dari seseorang tentang objek tertentu. Kata tanya yang digunakan dalam kalimat tanya biasa adalah 5W1H yaitu What (Apa), Where (Dimana), When (Kapan), Who (Siapa), Why (Mengapa), How (Bagaimana).
RADAR JOGJA - Struktur bahasa yang digunakan dalam komik tentu lebih singkat dan padat. Dalam komik, tidak mungkin menggunakan bahasa yang lengkap strukturnya. Berbeda dengan novel atau buku lainnya, gambar merupakan bahasa utama dalam komik. Staf pengajar di Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni FBS UNY Else Liliani menjelaskan, komik mengkomunikasikan pesan melalui gambar. Oleh karena itu, penggunaan bahasa dalam komik tidak perlu seketat penggunaan bahasa dalam ragam standar atau formal, yang berpedoman pada kaidah yang baik dan benar’. Menurutnya, bahasa yang digunakan dalam komik cenderung santai, karena komik sudah bercerita melalui gambar. Sehingga, bahasa hanyalah penunjang gambar dalam komik. Perkembangan bahasa yang digunakan dalam komik saat ini, juga cukup beragam. Yang mana, bahasa akan berkembang sesuai dengan masyarakatnya. Oleh karena itu, bisa ditemukan komik-komik yang menggunakan bahasa slang atau bahasa gaul. “Bahkan bercampur dengan bahasa asing atau daerah,” jelas Else kepada Radar Jogja Jumat 12/3. Di Indonesia, jenis komik yang booming kali pertama adalah komik Put On di tahun 1930. Komik karya Kho Wan Gie ini bisa hadir setiap minggu di majalah Sin Po. Mengingat oplah Sin Po kala itu cukup tinggi, bisa dikatakan komik Put On sangat populer kala itu. Selain Put On, ada juga komik A Piao karya Goei Kwat Siong. Kho Wan Gie dan Goei Kwat Siong adalah peranakan Tionghoa di Indonesia. Komik Put On ditengarai terinspirasi oleh tokoh Jiggs dari Bringing Up Father karya George McManus. Sedangkan komik A Piao adalah komik yang sarat akan nilai pendidikan, disajikan berupa gambar tanpa kata. Dalam perkembangan komik di Indonesia, peralihan bahasa yang disesuaikan dengan konteks keindonesiaan juga terjadi. Meski alur cerita komik masih setia dengan komik aslinya, ada kemungkinan dalam penyesuaian kultur. “Tahun 1950-an itu mulailah komik-komik kita dipengaruhi terjemahan. Pada 1990 juga dipengaruhi komik terjemahan Jepang,” lanjutnya. Meski demikian, beberapa komik Indonesia juga pernah berjaya di masanya. Seperti pada tahun 1960 ada komik Panji Tengkorak, Jaka Sembung, Si Buta dari Goa Hantu, Gundala dan Godam. “Kalau di era sekarang ya macam si Juki, Benny and Mice,” ungkap Else. eno/laz
PengertianKomik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komik adalah cerita bergambar (di majalah surat kabar,atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu.Komik adalah cerita yang bertekanan pada gerak dan tindakan yang ditampilkan lewat urutan gambar yang dibuat secara khas dengan paduan kata-kata (Franz & Meier, 1994:55).
Menurut Keraf 201076 bila sebuah kata mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas ruang lingkupnya maka kata itu disebut kata umum. Un mot gĂ©nĂ©rique sert Ă  prĂ©senter une catĂ©gorie entiĂšre d‟ĂȘtres ou de choses „kata umum adalah kata yang mengacu kepada sebuah kelompok atau sesuatu‟ Berikut merupakan contohkata umum desjours „hari‟merupakan kata umum darilundi„senin‟, jeudi„kamis‟ f. Kata Khusus Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu pada pengarahan-pengarahan yang khusus dan terkait Keraf, 201076. Un mot spĂ©cifique dĂ©signe les ĂȘtres ou les choses qui entrent dans les catĂ©gories gĂ©nĂ©rales„kata khusus mengacu kepada sesuatu yang termasuk kedalam kata umum‟ merupakan contoh kata khusus dalam bahasa Prancis jeudi„senin‟, lundi„kamis‟ merupakan kata khusus dari kata umumdes jours„hari‟ g. Kata Ilmiah Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah. Kata ilmiah umumnya muncul atau dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi dan dalam diskusi-diskusi ilmiah. Menurut Keraf2004106 umumnya kata-kata ilmiah atau kata yang khusus dipergunakan oleh kaum terpelajar, berasal dari bahasa asing. Berikut merupakan contoh kata ilmiah animaloĂŻde, ascendant„naik‟, dĂ©ductif„deduktif‟ . h. Kata Populer Kata populer adalah kata-kata yang umumdipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik oleh kaum terpelajar dan oleh orang kebanyakan. Kata populer merupakan tulang punggung suatu bahasa karena kata ini merupakan kata-kata umum yang bisa dipakai oleh siapa saja. Kata populer adalah kata-kata yang diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat, contoh kata populer gelandangan kata ilmiahnya tuna wisma, orang sakit kata ilmiahnya pasien Keraf, 2010105, sedangkan contoh kata populer dalam bahasa Prancis yaitu des biscottos„lengannya bersepir‟, bicher„senang‟ Arifin, 200498. i. Jargon Menurut Keraf 2010107 jargon mengandung beberapa pengertian. Pertama, jargon mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap kurang sopan atau aneh. Kedua, jargon merupakan dialek hybrid yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa dan sebagai bahasa penghubung atau lingua franca. Ketiga, jargon merupakan kata yang mempunyai ketumpangtindihan dengan bahasa ilmiah. Jargon est vocabulaire propre Ă  une profession, Ă  une discipline ou Ă  une activitĂ© quelconques, gĂ©nĂ©ralement inconnu du profane, argot de mĂ©tier „jargon adalah kosa kata khusus untuk profesi, untuk suatu disiplin ilmu atau suatu kegiatan tertentu, umumnya tidak dipahami oleh orang awam, kata slang dari seatu pekerjaan Berikut merupakan contohjargon dalam bahasa Prancis un colon untuk menyebut kolonel, un comanche untuk menyebut komandan, un pitaine untuk menyebut kapten j. Kata Slang Kata slang adalah kata-kata non standard yang informal, yang disusun secara khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan Keraf, 201095. L‟argot est un langage de convention imaginĂ© par les voleurs, les vagabonds, les diverses classes de gens hors de la sociĂ©tĂ© ou de la loi pour communiquer entre eux sans ĂȘtre dirancang oleh sekumpulan pencuri, gelandangan, komunitas anak muda, atau orang-orang yang tidak memiliki stastus hukum untuk berkomunikasi diantara mereka tanpa dipahami oleh orang lain‟ slang biasanya digunakan oleh anak muda dalam percakapan sehari-hari. Dalam bahasa Prancis ada dua jenis kata slang yaitu les franglais campuran antara bahasa Prancis dan Inggris dan le verlan kata yang dibalik. Contoh les franglais antara lain le shopping„berbelanja‟, le week-end„akhir pekan‟, un milk-shake„susu kocok‟ Sedangkan contoh le verlan antara lain Chaud„panas‟ auch, Chier„buang air besar‟ iĂ©che, Feu„api‟ euf k. Kata Asing Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya. Contoh kata asing yang sering digunakan dalam bahasa prancis un boss „bos‟, un gentlemen, un match „pertandingan‟ . l. Kata Serapan Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan wujud dan struktur bahasa yang ditujunya/ emprunt est un mot Ă©tranger employĂ© en français „kata serapan adalah kata asing yang digunakan dalam bahasa Prancis kata serapan dalam bahasa Prancis antara lain serapan dari bahasa Arab hadith„hadis‟, musulman„muslim‟, hidjab„hijab‟ C. Gaya Bahasa 1. Pengertian Gaya Bahasa Gaya bahasa menurut Keraf 2010113 sebagai cara mengungkapkan pikiran secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis pemakai bahasa.Pendapat ini senada dengan pengertian gaya bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002 304, “gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis dan lisan”.Gaya bahasa adalah bahasa yang indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih kata lain penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotatif tertentu Dale via Tarigan 19905. Menurut Larousse 1999 969, le style est maniĂšre particuliĂšre d‟exprimer sa pensĂ©e, ses Ă©motions, ses sentiments “gaya bahasa adalah cara khusus menyatakan pikirannya, emosinya, perasaannya”. Menurut Cressot dalam Dubois dkk, 2001447 le style relĂ©ve la parole; il est >” gaya bahasa yang membangun tuturan adalah pilihan yang dibuat oleh para pengguna bahasa/penutur dalam seluruh aktivitas berbahasa”. Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli dapat ditarik kesimpulan gaya bahasa adalah pemaikaian bahasa oleh pengarang dalam karyanya untuk mengungkapkan gagasan yang ingin diungkapkannya. Setiap pengarang memiliki gaya bahasa dan caranya sendiri dalam menuangkan gagasan/ pemikirannya. Persoalan gaya bahasa atau style meliputi semua hirarki kebahasaan pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan Keraf, 2010112. Ada berbagai macam jenis dan bentuk gaya bahasa yang umum dipakai. Bentuk dan jenis gaya bahasa tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada bab jenis-jenis gaya bahasa berikut ini. 2. Jenis Gaya Bahasa Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandang. Keraf 2010129 membedakan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna menjadi 2 kelompok, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya retoris adalah gaya bahasa yang maknanya harus diartikan menurut nilai lahirnya. Sedangkan gaya bahasa kiasan adalah gaya bahasa yang maknannya tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan makna kata-katayang membentuknya Nurgiyantoro, 2014213. Gaya bahasa retoris diantaranya aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis, apostrof, asindeton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron proteron, pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis, pertanyaan retoris, silepsis dan zeugma, hiperbol, paradoks, dan oksimoron. Kemudian gaya bahasa kiasan diantaranya persamaan atau simile, metafora, personifikasi, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimi, hipalase, ironi, inuendo, dan pun atau paronomasia. Berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai jenis gaya bahasa tersebut. a. Gaya Bahasa Retoris 1 Aliterasi Aliterasi merupakan gaya bahasa yang berujud pengulangan bunyi konsonan yang sama Keraf, 2010 130.L‟alitteration est retours multipliĂ©s d'un son identique dans un Ă©noncĂ© ou un mot „aliterasi merupakan pengulangan suatu bunyi yang identik pada suatu pernyataan atau kata contoh penggunaan gaya bahasa aliterasi dalam bahasa Indonesia 3Takut titik lalu tumpah. Keraf, 2010130 Contoh 3 mengandung gaya bahasa aliterasi, hal ini dengan ditunjukkan adanya pengulangan bunyi konsonan yang sama, yaitu konsonan [t] pada kata takut,titik, tumpah. Berikut ini contoh aliterasi dalam bahasa Prancis 4Pour qui sont ces serpent qui sifflent sur vos tĂȘtes? Racine dalam “ Untuk siapa ular-ular yang berdesis di atas kepalamu? “ diterjemahkan oleh peneliti Contoh 4 menunjukkan adanya pengulangan bunyi konsonan yang sama yaitu konsonan [s] pada kata sont, ces, serpent, sur, hal inidimaksudkan untuk memperoleh penekanan. Pengulangan dan penekanan ini juga bertujuan untuk menciptakan keindahan dan kemerduan bunyi. Jadi seseorang yang mendengar atau membaca akan merasakan nilai estetik atau keindahan dari kalimat tersebut. 2 Asonansi Asonansi merupakan gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama Keraf, 2010130.L‟assonance est rĂ©pĂ©tition d‟un mĂȘme son de voyelle dans une mĂȘme phrase ou dans un ensemble de vers „asonansi merupakan pengulangan bunyi vokal yang sama dalam suatu kalimat atau bait‟ Berikut merupakan contoh gaya bahasa asonansi 5 Ini muka penuh luka siapa punya. Keraf, 2010130 Contoh 5 mengandung gaya bahasa asonansi ditunjukkan adanya pengulangan bunyi vokal yang sama, yaitu vokal [a] pada kata muka, luka, siapa, punya. Berikut ini merupakan contoh asonansi dalam penggalan puisi berbahasa Prancis 6 Les sanglots longs. Des violons Verlaindalam “Isak tangis yang panjang. Biola- Biola” diterjemahkan oleh peneliti Pada penggalan puisi tersebut menunjukkan adanya pengulangan bunyi vokal yang sama yaitu vokal [e] pada kata les dan des, vokal [o] pada kata sanglots [sĂŁnglo] dan violons [violĂ”], serta vokal [Ă”] pada kata longs [lĂ”] danviolons [violĂ”], yang dimaksudkan untuk memperoleh penekanan. Pengulangan dan penekanan ini juga bertujuan untuk menciptakan keindahan dan kemerduan bunyi. Jadi seseorang yang mendengar atau membaca akan merasakan nilai estetik atau keindahan dari kalimat tersebut. 3 Anastrof Anastrof atau inversi adalah gaya bahasa dengan membalikkan susunan kata-kata yang ada dalam kalimatKeraf, 1996130. Berikut merupakancontoh gaya bahasa anastrof 7 Pergilah iameninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya. p s o Contoh 7 menunjukkan adanya gaya bahasa anastrof karena adanya pembalikan susunan kata yang tidak sesuai gramatikal tetapi tidak mengubah pesan yang ingin disampaikan. Frasa “pergilah ia” dalam kalimat 7 seharusnya dituliskan “dia pergi”. Apabila kalimat 7 tidak diinversi maka kalimatnya menjadi 7a Ia pergi merantau meningkalkan kami, keheranan kami melihatnya. Berikut ini adalah contoh kalimat dalam bahasa Prancis yang menggandung gaya bahasa anastrof 8 Dans cette cour jouaient des enfants cc v s “Di halaman ini anak-anak sedang bermain‟ Diterjemahkan oleh peneliti Susunan kalimat pada contoh 8 tidak sesuai kaidah gramatikal, susunan kalimat yang sesuai kaidah gramatikal dalam bahasa prancis adalah subjet+ verba+ objet+ complement circontontiel. Namun pada frasa tersebut subjek berada pada akhir frasa tersebut telah dibalik tetapi tidak mengubah pesan yang disampaikan. Apabila contoh 8 tidak dibalik unsur subjek dan predikatnya maka kalimatnya menjadi 8a Des enfants jouaient dans cette cour. “Anak-anak sedang bermain di halaman ini”. 4 Apofasis atau preterisio Apofasis biasa disebut juga presterisio merupakan gaya bahasa dimana penulis atau penutur menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal Keraf,2010130. PrĂ©tĂ©rition est consiste Ă  parler de quelque chose en commençant par annoncer qu'on ne va pas en parler „preterisio adalah berbicara tentang sesuatu yang dimulai dengan mengumumkan bahwa kami tidak akan berbicara tentang hal tersebut‟ merupakan contoh gaya bahasa apofasis 9Jika saya tidak menghargai nama baik sekolah ini, maka sesungguhnya saya ingin mengatakan bahwa Anda seorang koruptor. Tarigan, 1985 86 Penutur dalam contoh 9 seolah-olah ingin menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu untuk menghargai nama baik sekolah , akan tetapi ia justru mengatakannya. Berikut ini merupakan contoh gaya bahasa apofasis dalam bahasa Prancis 10Je n’ai pas besoin de vous prĂ©senter monsieur Paul. Je n'ai pas besoin de vous redire l'importance de la ponctualitĂ©. Inutile de vous dire que? “Saya tidak perlu untuk memperkenalkan Mr Paul . Saya tidak perlu mengulangi pentingnya ketepatan waktu .Tak perlu dikatakan bukan?” diterjemahkan oleh peneliti Pada contoh 10 dalam bahasa Prancis, pada mulanya penutur seakan-akan tidak ingin mengatakan keburukan orang yang dibicarakannya, akan tetapi tetap dikatakan pada akhirnya. 5 Apostrof Apostrof merupakan gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir Keraf, 2010131. L‟apostrophe est un figure de rhĂ©torique par laquelle on s‟adresse directement aux personnes ou aux choses personnifiĂ©es „apotrof merupakan gaya bahasa retoris yang berupa penyampaian amanat kepada orang yang tidak hadir atau dipersonifikasikan‟ l.Gaya bahasa ini biasanya digunakan oleh para orator klasik. Berikut merupakan contoh penggunaan gaya bahasa apostrof 11Wahai roh- roh nenek moyang kami yang berada di negeri atas, tengah, dan bawah, lindungilah warga desaku ini. Tarigan, 198583 Contoh 11 merupakan penggalan kalimat yang terdapat pada sebuah pidato. Kalimat tersebut mengandung gaya bahasa apostrof karena terdapat pengalihan amanat yang ditunjukkan kepada sesuatu yang gaib yaitu roh-roh. Berikut ini merupakan contoh gaya bahasa apostrof dalam bahasa Prancis 12... souvenez-vous que je marche acommpagnĂ© du dieu de la guerre et du dieu de la fortune. Kriswanda, 1997114 “... Ingatlah saudara, bahwa saya berjalan dalam bimbingan Dewa peperangan dan dewa keberuntungan.” Kriswanda, 1997114 Contoh 12 mengandung gaya bahasa apostrof karena dalam kalimat tersebut terdapat pengalihan amanat yang ditunjukkan untuk sesuatu yang gaib. 6 Asindeton Asindeton merupakan gaya bahasa yang berupa acuan padat dan mampat dimana beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung, tetapi biasanya hanya dipisahkan dengan tanda koma sajaKeraf, 2010131.Menurut Reboul, l‟asyndet est une figure obtenue par suppression des termes de liaison „asindeton merupakan gaya bahasa yang menghapus semua kata sambung‟ Berikut merupakan contoh gaya bahasa asindeton 13 Dan kesesakan, kepedihan, kesakitan, seribu derita detik- detik penghabisan orang melepaskan nyawa. Keraf, 2010 131 Contoh 13 menunjukkan gaya bahasa asindeton, hal ini di tandai dengan tidak adanya kata hubung untuk memisahkan kata atau frasa pada kalimat tersebut. Kata atau frasa pada kalimat padat tersebut hanya dipisahkan dengan tanda koma saja. Hal ini terlihat pada kata kesesakan, kepedihan, kesakitan hanya dipisahkan dengan tanda koma. Berikut ini merupakan contoh gaya bahasa asidenton dalam bahasa Prancis 14Cette triste femme contemplait avec douceur les enfants, les bĂ©bĂ©s. Blais,Association lyon _ Les figures de “Wanita yang sedih ini menatap lembut pada para anak-anak,para bayi-bayi.” diterjemahkan oleh peneliti Contoh 14 mengandung gaya bahasa asidenton karena, dalam kalimat tersebut terdapat kata yang sederajat yakni kata les enfants dan les bĂ©bĂ©s tidak dihubungkan dengan kata sambung melainkan hanya dipisahkan dengan tanda koma saja. 7 Polisindeton Polisindeton merupakan gaya bahasa kebalikan dari asindeton. Pada gaya bahasa asindeton kata, frasa, atau klausa yang berurutan hanya dihubungkan dengan tanda koma saja, namun pada gaya bahasa polisindeton kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan dengan kata sambung Keraf, 2010131. Berikut merupakan contoh penggunaan gaya bahasa polisindeton 15Istri saya menanam nagka dan jambu dan cengkeh dan pepaya di halaman kami. Pada contoh kalimat 15 terlihat adanya gaya bahasa polisindeton, hal ini ditandai dengan pengunaan kata hubung dan untuk menghubungkan kata yang berurutan seperti kata nangka, jambu, cengkeh, pepaya. 8 Kiasmus Kiasmus merupakan gaya bahasa yang berisi perulangan dan sekaligus pula merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat Keraf, 2010132. Le chiasme est un fiigure disposant en ordre inverse les mots de deux propositions qui s'opposent „kiasmus merupakan gaya bahasa yang berbentuk inversi dari dua kata yang berlawanan Berikut merupakan contoh gaya bahasa kiasmus 16 Mengapa kamu menyalahkan yang benar, tetapi membenarkan yang salah. Tarigan, 1985241 Pada contoh kalimat 16 kata yang dipertentangkan adalah kata menyalahkan dan membenarkan , serta kata benar dan salah. Keempat kata tersebut saling dipertentangkan dalam klausa pertama dan klausa kedua pada kalimat tersebut. Berikut ini merupakan contoh gaya bahasa kiasmus dalam bahasa Prancis 17 Il Ă©tait trĂšs riche en dĂ©fauts, en qualitĂ©s trĂšs pauvre. Association lyon _ Les figures de “Dia pernah menjadi sangat kaya di dalam kekurangannya, sebagai orang yang sangat miskin.” Diterjemahkan oleh peneliti Contoh 17mengandung gaya bahasa kiasmus, kata yang dipertentangkan pada klausa pertama dan kedua adalah kata riche‟kaya‟dan katapauvre‟miskin‟. 9 Elipsis Elipsis merupakan gaya bahasa yang menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku Keraf, 2010132. L‟ellips est un style qui consistant Ă  omettre un ou plusieurs mots Ă  l'intĂ©rieur d'une phrase, leur absence ne nuisant ni Ă  la comprĂ©hension ni Ă  la syntaxe. „elipsi merupakan gaya bahasa yang berupa penghilangan satu atau beberapa kata dalam kalimat, namun ketidakhadiranya tidak mempengaruhi pemahaman dan unsur sintaksis. Berikut merupakan contoh gaya bahasa elipsis 18 Mereka ke Jakarta besok. Tarigan, 1985236 Contoh kalimat 18 secara gramatikal tidak lengkap karena pada kalimat tersebut hanya ada subyek mereka, obyek ke Jakarta, dan keterangan waktu besok. Unsur yang hilang pada kalimat tersebut adalah predikat. Predikat tersebut misalnya pergi atau berangkat. Berikut ini merupakan contoh gaya bahasa elipsis dalam bahasa Prancis 19 Francis mange des cerises, Catherine des fraises. Association lyon _ Les figures de “Francis makan beberapa buah ceri, Cathrine beberapa buah strawberry.” Diterjemahkan oleh peneliti Pada contoh 19 dalam bahasa Prancis terdapat penghilangan verba manger pada klausa kedua. Apabila ditambah unsur manger pada klausa kedua dalam kalimat tersbut maka menjadi 19a Francis mange des cerises, Catherine mange des fraises. “ Francis makan beberapa buah ceri, Cathrine makan beberapa buah strawberry.” 10 Eufemismus Eufemismus merupakan gaya bahasa yang berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang atau ungkapan- ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan orang lain atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan Keraf, 2010 132. L‟euphĂ©misme est un figure trĂšs connue qui consiste Ă  remplacer une expression littĂ©rale idĂ©e dĂ©sagrĂ©able, triste par une forme attĂ©nuĂ©, adoucie „uefemismus merupakan gaya bahasa yang dikenal untuk menggantikan sebuah ekspresi literal ide buruk, kesedihan dengan bentuk yang lebih lembut atau lebih halus‟ Berikut merupakan contoh pengunaan gaya bahasa eufemismus 20 Anak saudara memang tidak terlalu cepat mengikuti pelajaran seperti anak-anak lainnya. Keraf, 2010132 Pada contoh kalimat 20 klausa tidak terlalu cepat mengikuti pelajaran digunakan untuk menggantikan kata ungkapan tersebut digunakan agar tidak menyinggung perasaan lawan bicaranya. Berikut ini merupakan contoh gaya bahasa eufemismus dalam bahasa Prancis 21Elle nous a quittĂ©s. http// “Dia telah pergi meninggalkan kita.” Diterjemahkan oleh peneliti Pada contoh kalimat 21 kata quittĂ©s yang berasal dari kata quitter yang berarti meninggalkan digunakan untuk menggantikan dan menghaluskan kata mati. 11 Litotes Litotes merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan untuk merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari kenyataan sebenarnya atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya Keraf, 2010 132-133. Une litote consiste Ă  dire moins pour suggĂ©rer d‟avantage ‟litotes ialah menyampaikan sedikit kurang untuk menyatakan sesuatu kelebihan‟ Berikut merupakan contohgaya bahasa litotes dalam bahasa Indonesia 22 Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali. Keraf, 1996 133 Pada contoh kalimat 22terdapat gaya bahasa litotes, penulis menggunakan kalimat tersebut untuk merendahkan diri. padahal sebenarnya ia memiliki jabatan atau kedudukan yang tinggi. Berikut ini merupakan contoh gaya bahasa litotes dalam bahasa Prancis 23 Je ne dis pas non. “ Saya tidak mengatakan tidak” Diterjemahkan oleh peneliti Pada contoh kalimat 23 litotes gaya bahasa dituliskan dengan bentuk negatif hal ini ditandai dengan kata ne pas “tidak”. Sebenarnya kalimat tersebut ingin mengungkapkan bahwa ia tidak menolak sesuatu atau tawaran atau dengan kata lain ia sebenarnya hendak menerima tawaran tersebut. 12 Histeron proteron Histeron proteron adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis. Gaya bahasa ini juga biasa disebut hiperbaton Keraf, 2010 133. Un hystĂ©ron-protĂ©ron ou hystĂ©rologie consiste Ă  prĂ©senter les termes d'une phrase dans un ordre contraire Ă  la chronologie ou Ă  la logique.„histeron proteron atau hysterologie adalah menyajikan suatu hal atau peristiwa dalam suatu kalimat dengan urutan yang bertentangan dengan waktu atau logika‟ Berikut contoh penggunaan gaya bahasa hysteron proteron 24 Dia membaca cerita itu cepat sekali dengan cara mengajanya kata demi kata. Tarigan, 1985240 Apabila kita mengamati contoh kalimat 24 sebenarnya menyatakan sesuatu yang tidak logis. Pada kalimat tersebut penulis menyatakan “dia membaca cepat sekali” namun lanjutan dari kalimat tersebut menyatakan bahwa dia “membaca dengan cara mengeja kata demi kata.” Hal ini jelas sangat tidak logis padahal agar bisa membaca dengan sangat cepat tidak mungkin dilakukan dengan mengeja kata demi kata. Berikut ini merupakan contoh gaya bahasa histeron proteron dalam bahasa Prancis 25 Mets tes chaussures et tes chaussettes. “Pakai sepatumu dan pakai kaos kakimu.” Diterjemahkan oleh peneliti Contoh 25mengandung gaya bahasa hiperbaton karena, kalimat ini juga menyatakan sesuatu yang tidak logis, sebab seharusnya memasang kaos kaki terlebih dahulu barulah menggunakan sepatu. 13 Pleonasme dan Tautologi Pada dasarnya pleonasme dan tautologi adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau atau gagasan, namun bila dicermati keduanya memiliki perbedaan. Perbedaannya yaitu, pleonasme adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang berlebihan, sehingga bila salah satunya dihilangkan, artinya tetap plĂ©onasme est l'addition de mots qui ne sont pas absolument nĂ©cessaires au sens „pleonasme adalah penambahan kat-kata yang sebenarnya tidak diperlukan‟ Sebaliknya, disebut tautologi apabila kata yang berlebihan itu sebenarnya mengandung perulangan dari sebuah kata yang lain Keraf,
PengertianKalimat Transitif dan Intransitif Beserta Contoh. Meski keduanya sering digunakan sehari-hari, ada perbedaan penting diantara dua kalimat ini lho! Seperti yang kita ketahui, ada banyak jenis kalimat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kalimat transitif dan intransitif menjadi bagian dari berbagai jenis kalimat yang banyak

Connection timed out Error code 522 2023-06-15 084533 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d7988db1e260a70 ‱ Your IP ‱ Performance & security by Cloudflare

Nm47bpe.
  • hjafj412tg.pages.dev/20
  • hjafj412tg.pages.dev/598
  • hjafj412tg.pages.dev/345
  • hjafj412tg.pages.dev/37
  • hjafj412tg.pages.dev/320
  • hjafj412tg.pages.dev/344
  • hjafj412tg.pages.dev/537
  • hjafj412tg.pages.dev/520
  • kalimat dalam komik berupa bahasa